Senin, 27 Juli 2009

Album IT Telkom Today

Studi Ekskursi Teknik Informatika UII ke IT Telkom



Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (UII) melakukan studi ekskursi ke IT Telkom pagi ini. Kedatangan 51 mahasiswa universitas asal Yogyakarta ke IT Telkom ini merupakan kedua kalinya. Hal itu dibenarkan dosen UII sekaligus ketua rombongan, Salhazan Nasution, Skom.

Turut menyambut kedatangan mereka adalah Dekan Fakultas Informatika IT Telkom, Fazmah Arif Yulianto ST.,MT, Ketua Program Studi Teknik Informatika IT Telkom, Adrian R, ST.,MT, dan Dosen IT Telkom, Bayu Erfianto, S.Si, di ruang rapat Fakultas Informatika, gedung F kampus IT Telkom.


Dalam studi ekskursinya, mahasiswa Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri UII menyempatkan diri berkunjung ke beberapa laboratorium di Teknik Informatika IT Telkom. Di antaranya ke laboratorium RPL, Common, dan Data Mining.




Teknik Informatika ITN Malang Kunjungi IT Telkom



Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengunjungi Fakultas Informatika Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) dalam rangka studi ekskursi, Kamis (30/7). Kedatangan 40 mahasiswa ITN Malang ini didampingi oleh dosen sekaligus Sekertaris Jurusan Teknik Informatika ITN Malang, Guendra Kusuma Wardana,Ssi.,Mkom. Dekan Fakultas Informatika IT Telkom, Fazmah Arif Yulianto ST.,MT beserta Ketua Program Studi Teknik Informatika IT Telkom, Adrian R, ST.,MT, menyambut langsung kedatangan mereka di ruang rapat fakultas informatika, gedung F kampus IT Telkom.

Menurut Guendra, kali ini adalah studi ekskursi ITN Malang ke IT Telkom untuk pertama kalinya. Ia merasa ITN Malang an IT Telkom memiliki kesamaan visi dan misi. Di antaranya mengembangkan ICT (Information Communication Techdalam negeri.

Sama halnya Guendra, Fazmah pun mengajak mahasiswa ITN Malang untuk bersama-sama mengembangkan ICT di Indonesia. “Di era persaingan saat ini, pesaing itu bukan teman kalian. Pesaing bukan pula lulusan dari perguruan tinggi lain. Pesaing adalah para profesional teknologi informasi yang berasal dari negara lain. Jadi, tugas kita sekarang adalah bersatu dan bekerja sama membangun ICT Indonesia,” pungkas Fazmah.





Soft Launching FAST Center dan Rakernas FAST 2009

Presiden Direktur Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), Dr. Herry Kusaeri beserta Presiden Forum Alumni Institut Teknologi Telkom (FAST), Triwiyasa meresmikan gedung FAST Center Jakarta, Sabtu (25/7). Acara peresmian juga dihadiri Wakil Rektor II Bidang Umum IT Telkom Hendratno, SE., Akt., MM, Direktur Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir Ir. Miftadi Sudjai, MSc. Peresmian ditandai dengan pemotongan tumpeng sebelum menggelar Rapat Kerja FAST.




Rapat kerja FAST membahas upaya FAST dalam mewujudkan eksistensi organisasinya, baik di lingkungan eksternal maupun internal IT Telkom. Selain eksistensi, rapat kerja FAST juga membahas mengenai aktivasi FAST Center yang kini sudah berada di dua tempat, yaitu Bandung dan Jakarta. Dikabarkan juga, dalam waktu dekat FAST akan menyelenggarakan FAST Gathering 2009 dan FAST Ramadhan.





Pelatihan, Sosialisasi dan Pengamalan Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 : 2008

Direktorat Sistem Penjaminan Mutu (SPM) Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) menyelenggarakan Pelatihan, Sosialisasi dan Pengamalan Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 : 2008, Senin (27/7). Acara berlangsung di Vip B Gedung Serba Guna (GSG) kampus IT Telkom, melibatkan para pimpinan direktorat, fakultas dan program studi.


Materi yang diberikan dalam pelatihan sehari itu meliputi Filosofi Mutu, Sistem Manajemen Mutu dan menelaah pasal-pasal persyaratan ISO 9001 : 2008. Bertindak sebagai fasilitator, Direktur Utama sekaligus senior konsultan Proxsis, Roni Sutrisno, ST. Disampaikannya,

“Kunci sukses dalam sistem manajemen mutu yaitu mengutamakan pelanggan. Pada dasarnya, menurut ISO 9000 : 2000, mutu adalah tingkat dimana karakteristik yang digambarkan memenuhi persyaratan pelanggan dan pihak yang berkepentingan. Pendekatan sistem manajemen mutu memastikan bahwa seluruh elemen dan sumber daya dari organisasi dapat dikerahkan untuk mencapai kepuasan pelanggan,”

Selanjutnya, sukses sistem manajemen mutu juga ditentukan oleh faktor kepemimpinan, keterlibatan, pendekatan proses, pendekatan sistem terhadap manajemen, serta fakta pengambilan keputusan. Harus ada peningkatan secara berkesinambungan serta hubungan saling menguntungkan dengan pemasok.

Jumat, 24 Juli 2009

WLAN Over Fiber, Inovasi TIK di Era Konvergensi

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menuju era konvergensi mulai menggemparkan negeri ini. Perkembangan inovasi di dunia telekomunikasi terbilang pesat. Layanan multimedia pun menghadapi tantangan hebat. Konvergensi TIK mengarah pada kecenderungan konvergensi antara jaringan internet, broadband mobile dan serat optik. Kini, muncul inovasi baru yaitu jaringan hibrida, WLAN Over Fiber. Penelitian jaringan hibrida baru ini dilakukan oleh dosen sekaligus peneliti Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Erna Sri Sugesti. Teknologi WLAN Over Fiber sangat menarik karena mengintegrasikan teknologi serat optik dan frekuensi radio atau nirkabel (wireless).


Berdasarkan data Miniwatts Marketing Group, dalam kurun waktu 15 tahun (1995-2010), total pengguna internet dunia meningkat 10312,5% . Berdasarkan data Maret 2008, pengguna internet didominasi kawasan Asia 37,6%, disusul Eropa 21,7% dan Amerika Utara 17,1%.

Tentunya, peranan serat optik sebagai tulang punggung teknologi informasi dunia pun semakin kuat. Fungsinya sebagai media transmisi nyatanya mampu menyalurkan data dengan kapasitas besar. Kehandalan serat optik menjadikannya solusi ideal dalam mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi. Sebagai saluran komunikasi, serat optik berkembang menjadi inovasi teknologi informasi yang tiada habisnya. Bahkan, teknologi WDM (wavelength division multiplexing) telah mendongkrak kapasitas transport sistem hingga orde terabit per second. Pun, sepertinya internet backbone akan bertahan hingga beberapa tahun mendatang.

Cisco Visual Networking Index (VNI) Forecast memperkirakan, trafik data internet dunia tahun 2012 akan mencapai mencapai 522 exa byte atau 522 miliar giga byte. Tentunya, capaian itu menjadi tantangan dan peluang bagi regulator, pengembang infrastruktur jaringan, internet service provider (ISP), dan lembaga pendidikan yang fokus pada teknologi informasi.

Pada penelitiannya Erna menekankan, sementara jaringan komunikasi nirkabel masa depan mengarah pada kecepatan data dan mobilitas tinggi. Awalnya memang diagendakan pada teknologi 3G yang berbasis WCDMA (wideband code division multiple access). Namun tampaknya, WLAN (wireless local area network) menawarkan kecepatan bit lebih tinggi daripada WCDMA.

Terdapat dua standart WLAN yaitu standart IEEE 802.11 dan HIPERLAN/2 (High Performance LAN). Standar IEEE dikembangkan dari wired-LAN sedangkan HIPERLAN dikembangkan dari jaringan seluler. Kinerjanya 3G tampaknya dianggap tidak memenuhi kebutuhan aplikasi masa depan seperti multimedia, full-motion video dan telekonferensi nirkabel. Pun, standar 3G kerap menyulitkan roaming dan operasi antar jaringan. 3G pun dianggap banyak kelemahan, sehingga dibutuhkan teknologi jaringan, portabilitas layanan dan mobilitas yang melebihi kapasitas 3G. Pada dasarnya, 3G dikembangkan dari konsep wide-area, sehingga dibutuhkan jaringan hibrida yang dapat memanfaatkan WLAN dan desain sel, atau base-station wide area network. Dengan demikian, harus ada jaringan paket digital yang memanfaatkan internet protokol (IP) sepenuhnya sengan kemampuan konvergensi suara dan data.

Lain 3G lain pula dengan 4G. Bagi 4G, arsitektur jaringan harus berdasar pada konsep arsitektur jaringan hibrida yang mengintegrasikan wireless wide area network, yaitu antara WLAN dengan jaringan internet backbone serat optik. Jaringan nirkabel broadband harus sebagai bagian dari arsitektur jaringan terintegrasi ini.

Serat optik menyediakan bandwidth yang sangat besar. Kondisi ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kegunaan jaringan. Pun, jumlah pengguna jaringan nirkabel rupanya tumbuh melesat melebihi pengguna jaringan tetap. Penelitian yang dilakukan Erna menyebutkan, akan sangat potensial bila keduanya diintegrasikan. Berikut Erna memetakan idenya,





Pada dasarnya, serat optik memang terbilang unik. Ia memiliki dimensi kecil namun bandwith lebar. Sebagai medium transmisi, serat optik terbilang murah ketimbang medium lainnya. Faktor efisiensinya menjadikan serat optik ideal untuk transport sinyal radio dari central office (CO) ke lokasi remote antenna (RA).

Disamping itu, kemampuan infrastruktur jaringan akses fleksibel menawarkan konektivitas nirkabel broadband layanan dan aplikasi luas. Jaringan nirkabel dibedakan berdasarkan mobilitasnya, di antaranya stationary mobility atau WLAN, dan pedestrian mobility atau mobile communication networks (MCN). Jika WLAN over fiber merupakan konvergensi jaringan WLAN dan serat optik, maka konvergensi jaringan antara MCN dengan serat optik disebut Radio over Fiber (RoF) atau Hybrid fiber radio (HFR). HFR merupakan teknologi penting untuk integrasi nirkabel broadband dan jaringan akses optik.





Pada jaringan outdoor kerap terjadi hambatan instalasi kabel. Panjang serat optik juga kerap menyebabkan delay informasi. Pada penelitiannya Erna menyebutkan, masalah ini dapat diatasi dengan solousi yang ditawarkan Free Space Optical Communication (FSOC), mengingat sistemnya lebih mudah diinstalasi. Pun, FSOC memiliki kecepatan rambat lebih tinggi dibanding serat optik.

Tentunya penelitian Erna menjadi pemikiran baru di tengah polemik persepsi konvergensi infrastruktur. Apa lagi jika mengingat NGN (next generation network) yang cenderung menggunakan jaringan berbasis internet protokol (IP). Tentunya, kondisi tersebut berbeda dengan jaringan telekomunikasi yang ada.


Risca Tresmianti Suarna, Staf Kehumasan IT Telkom- Pikiran Rakyat, Rubrik Cakrawala Edisi Kamis 23 Juli 2009

Rabu, 22 Juli 2009

Album IT Telkom Today

Pelatihan Wirausaha Baru Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Usai sudah peserta Wirausaha Baru (WUB) Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjalani pembekalan selama sepuluh hari berturut-turut. Pelatihan berlangsung sejak Senin (13/7) hingga Kamis (23/7). Penutupan pelatihan WUB bidang TIK berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Vip B Kampus IT Telkom, Kamis (23/7). Pelatihan tersebut diselenggarakan atas kerjasama Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) dengan Departemen Perindustrian Republik Indonesia (Depperind).



Pelatihan WUB Bidang TIK diselenggarakan oleh Unit Pelayanan Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT TIK). Pula, UPT TIK atau UPT Telematika didirikan atas kerjasama antara IT Telkom dan Depperind. Pendiriannya berdasarkan visi kedua belah pihak untuk mengangkat industri TIK nasional dalam menghasilkan produk lokal yang berdaya saing global. Sehingga industri kecil dan menengah dapat berperan aktif didalamnya.


Studi Ekskursi Teknik Elektro Universitas Udayana



Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana mengunjungi Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) dalam rangka studi ekskursi, Rabu (22/7). Para mahasiswa asal Bali itu didampingi Ir. I Wayan Artha Wijaya M.Eng., MT dan Ir. Ida Bagus Alit Swamardika M.Eng. Kunjungan tersebut disambut hangat Kepala Bagian Sekretariat Institusi (Ka.BSI) IT Telkom, Drs. Lilik Leksono di Gedung K, Kampus IT Telkom.



Pada kunjungan tersebut, Dekan Fakultas Teknik Elektro dan Komunikasi, Dekan Fakultas Elektro & Komunikasi Jangkung Raharjo, Ir., MT memberikan keterangan mengenai seluk beluk Fakultas Teknik Elektro dan Komunikasi IT Telkom kepada peserta studi ekskursi. Sedangkan Dekan Fakultas Informatika Fazmah Arif Yulianto ST.,MT menyampaikan segala hal tentang Fakultas Informatika. Pada saat yang sama, Kepala Bagian Sistem Informasi (Ka. Sisfo) Yanuar Firdaus, ST., MT, menyampaikan presentasi mengenai penerapan teknologi informasi di IT Telkom.




Training Unleash Your Teaching Power

Bagian Teknologi & Metoda Pembelajaran (BTMP) Direktorat Sistem Penjaminan Mutu Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) menyelenggarakan Training Unleash Your Teaching Power (UYTP) di Vip B Gedung Serba Guna (GSG) kampus IT Telkom, Kamis (16/7). Pelatihan tersebut diikuti oleh dosen IT Telkom. Rektor IT Telkom, Ir. Husni Amani pun turut mengikuti pelatihan itu.



UYTP merupakan sebuah pelatihan Empowering Skill. Peserta dilatih untuk memahami dan menguasai teknik mengajar yang menyenangkan. Motivator sekaligus praktisi Neuro Linguistic Programming (NLP), Rahmadsyah, CM.NLP, bertindak sebagai pembicara saat itu. Rahmadsyah memperkenalkan sebuah metode mengajar berdasarkan gaya belajar manusia.

Beragam masalah kerap muncul pada saat proses belajar mengajar. Alhasil, metode pengajaran selalu berkembang. Disampaikan Kepala Bagian Teknologi & Metoda Pembelajaran (Ka. BTMP), Mohamad Ramdhani, ST., MT,

“Pelatihan ini diharapkan menambah wawasan baru bagi dosen IT Telkom. Sehingga keterampilan mengajar dosen dapat ditingkatkan.”



Workshop Sosialisasi Kurikulum Softskill PHKI

Bagian Pengembangan dan Layanan Karir atau Career Development Center (CDC) Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) menyelenggarakan workshop Pre sosialisasi Kurikulum Softskill PHKI, Jumat (17/7). Acara diselenggarakan di gedung D kampus IT Telkom, dengan mengundang fasilitator sekaligus praktisi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Bina Potensia Indonesia, Sugiono Rahadimedja dan Fadli Badrun.

Workshop tersebut membahas tentang rancangan pengembangan softskill mahasiswa IT Telkom. Melalui pengembangan softskill , diharapkan IT Telkom dapat menghasilkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing tinggi.



Selanjutnya, disampaikan Sugiono dalah workhop satu hari itu, perlu ada pengembangan softskill disamping hardskill untuk mempersiapkan lulusan di dunia kerja. Sudah seharusnya perguruan tinggi membekali mahasiswa dengan kemampuan softskill. Keterampilan softskill dapat disesuaikan dengan target strategis industri, lingkungan kerja, pola karir, serta jenis pekerjaannnya.

Pun, dalam worshop Fadli Badrun menekankan pada kompetensi leadership dan teamwork sebagai prioritas pengembangan softskill mahasiswa. Leadership & Teamwork mendukung kesuksesan seseorang dalam bekerja. Pasalnya, efektifitas organisasi sangat bergantung pada kemampuan pemimpin dalam menetapkan perencanaan untuk pencapaian visi (profesional leadership) dan mengembangkan relasi / iklim harmonis dalam organisasi (personal leadership). Ia menilai, untuk menjamin keberlanjutan organisasi, maka dibutuhkan keberadaan tim yang berkualitas. Dengan demikian, akan memudahkan manajemen untuk menemukan solusi dalam memecahkan permasalahan, serta inovasi di perusahaan.

Selasa, 14 Juli 2009

Di Tengah Polemik UU BHP



Seperti diketahui, pro-kontra undang-undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) masih bergulir tiada habisnya. Mulai dari kalangan pendidik, mahasiswa hingga politisi turut menghebohkan UU BHP.


Sekelompok masyarakat menganggap UU BHP merugikan kaum miskin. Keberadaannya dinilai mengarah pada komersialisasi pendidikan. Alhasil, banyak pihak yang menginginkan UU BHP dihapuskan. Anggapan lainnya, UU BHP memberikan peluang terhadap perguruan tinggi untuk memungut biaya dari calon mahasiswa sebesar-besarnya sehingga harus ditinjau ulang. Secara khusus, UU BHP juga disinyalir mengancam konstitusional dan eksistensi yayasan, perkumpulan atau badan hukum pendidikan sejenis lainnya. Serta menimbulkan tanggapan kritis atas anggapan adanya penyimpangan terhadap UUD 1945, UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, serta mengandung mengandung kerancuan hukum yang serius, diskriminatif, dan melanggar asas kebinekaan.

Sementara itu, pro UU BHP pun tak kalah bergulir. UU Nomor 9 Tahun 2009 itu digadang-gadang sebagai bentuk otonomisasi dan demokrasi pendidikan dan bentuk reformasi struktural. Pasalnya, dengan berlakunya UU BHP dimungkinkan masyarakat dan guru terlibat dalam kepengurusan sekolah. Bahkan UU BHP tetap mengatur pemerintah memberi bantuan beasiswa dan bantuan dana kepada lembaga pendidikan swasta. Kemudian, dengan adanya UU BHP akan memungkinkan adanya sistem pelaporan keuangan secara berkala. Tak sedikit pula pihak yang menyambut karena UU BHP dianggap akan mengarah pada upaya penyamaan pendidikan negeri dan swasta mulai dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Adanya UU BHP pun memungkinkan perguruan tinggi berinvestasi melalui kemitraan dengan lembaga lain, dan hasilnya untuk kemandirian perguruan tinggi itu sendiri. Jika suatu perguruan tinggi terpaksa gulung tikar karena kualitasnya jelek maka memungkinkan merger dengan lembaga pendidikan lainnya, sehingga masyarakat tidak dirugikan.

Di tengah pro-kontra UU BHP, Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) dan Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) tampaknya masih ‘kalem’ menyikapi polemik tersebut.

“Adanya UU BHP bukan sesuatu kekhawatiran yang mengagetkan apalagi mengecewakan, “ ujar Presiden Direktur Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), Dr.Herry Kusaery.

Ia menjelaskan, UU BHP menjadi kekhawatiran bagi yayasan yang sifatnya personal atau dimiliki oleh sekelompok orang. Namun YPT merupakan bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) sehingga menjadi milik umum. Tentu tujuannya bukan komersil melainkan untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia mengaku, YPT tidak merasa diuntungkan atau pun tidak dirugikan dengan adanya UU BHP.

Kendati demikian, bukan berarti YPT tanpa persiapan menghadapi BHP. YPT berencana untuk mengembangkan usaha di luar sektor pendidikan untuk mencari pendapatan non tuition fee. Ia pun mengabarkan, YPT kini tengah membangun perusaahaan yang bernama PT. Cipta Suka Pura Megah,

“Dalam UU BHP disebutkan bahwa setiap perguruan tinggi, baik BHP Negara maupun BHP Masyarakat, diperbolehkan untuk melaksanakan pengelolaan usaha. Dengan catatan, pengelolaan tanah dan bangunan masih menjadi tanggung jawab yayasan. ” jelas Herry.

UU BHP memang membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk membuka sektor usaha sehingga menjadi mandiri. Namun harus tetap fokus pada tridharma perguruan tinggi.

“Proses pemberdayaan, itulah yang saya lihat dari UU BHP. Jika di dalam tubuh perguruan tinggi berdiri perusahaan, maka tidak menutup kemungkinan bagi mahasiswa dan dosen untuk ikut terlibat di dalamnya,” papar Hery. Menyoal masalah pendapatan, Herry menyebutkan bahwa YPT tidak menerima sepeser pun dari institusi yang berada di bawahnya. Begitu pun PT Telkom tidak menerima sepeser pun dari YPT. Pendapatan institusi memang masih didominasi oleh tuition fee dari mahasiswa. Sebesar 80% dari pendapatan tersebut dialokasikan pada pembangunan infrastruktur, dan 10% untuk kesejahteraan karyawan. Sedangkan 10% ditahan untuk simpanan. PT Telkom juga pernah menghibahkan dana abadi yang harus dikelola dengan baik. Kalau dipakai terus pasti ada habisnya. Dengan merambah dunia usaha diharapkan dapat mempertahankan dana abadi tersebut.

“Kalau bisa, uang kuliah mahasiswa jangan dulu naik, kalau bisa cenderung tetap. Jadi kita harus terus mengupayakan pendapatan lain-lain,” kata Herry.

Senada Herry, Rektor IT Telkom, Ir. Husni Amani, MSc., MM berpendapat bahwa keberadaan UU BHP tidak terlalu bermasalah bagi IT Telkom. Selama 18 tahun keberadaannya, IT Telkom sudah mandiri dalam hal manajemen , keuangan , logistik dan lainnya. Ia pun melihat adanya kemajuan jika institusi diberi wewenang yang lebih besar. Jadi ia tetap berusaha positive thingkng. Ia menambahkan , kemunculan UU BHP dapat menjadi jembatan menuju WCU bagi IT Telkom. Memang tidak terlalu berpengaruh besar. Namun, pemberlakuan UU BHP akan member sedikit perubahan pada institusi. Di antaranya penyesuaian aturan-aturan internal, penerapan target kerja Satuan Kinerja Individu dan implementasi ISO 9001 : 2008.

“Perubahan sistem pengelolaan keuangan institusi harus lebih diwaspadai. Otonomi kampus harus di topang dengan tenaga professional yang mampu mengelola institusi dengan baik,” ujarnya.

Pun disampaikan Husni, IT Telkom akan terus berupaya melakukan regenerasi sumberdaya manusia professional. Oleh karena itu adanya program studi baru dan gelaran program-program nasional seperti GemastIK menjadi andalan upayanya.

“Dua hingga tingga tahun belakangan , IT Telkom sudah banyak mengadakan banyak kegiatan,” pungkas Husni.

Husni memandang, dari segi komitmen, semangat dan kemampuan SDM sudah mulai tampak pertumbuhan positif. Perbaikan sistem dapat berlangsung cepat karena prosedurnya mudah. Tinggal bagaimana membangun budayanya saaja karena itu akan lebih sulit.


“Seandainya UU BHP benar-benar diterapkan, secara otonomi IT Telkom akan lebih rapi, spesifik dan hati-hati, terutama menyangkut pengelolaan keuangan. Bahkan pengelolaan keuangan akan lebih bersifat jangka npanjang yang mengarah ke inventasi,”

Menilik kontroversi UU BHP , Husni menanggapi sebagai hal yang wajar. Pasalnya, masalah pendidikan di Indonesia cukup kompleks . Termasuk banyaknya rakyat Indonesia yang kurang mampu mengenyam pendidikan, inillah yang harus diperhatikan pemerintah saat ini.

Husni pun membenarkan bahwa tuition fee masih menjadi andalan pemasukan institusi. Namun IT Telkom terus mengupayakan agar biaya itu tidak terlalu tinggi. Salah satunya dengan melakukan usaha pengembangan institusi untuk meningkatkan pendapatan non tuition fee, sehingga tidak memberatkan mahasiswa. Ini pula yang menyebabkan UU BHP tidak berpengaruh begitu besar pada IT Telkom. Namun ia tidak menggeneralisasikan perguruan tinggi lain seperti halnya di IT Telkom karena bagaimana pun masing-masing kondisinya berbeda.

Di level fakultas UU BHP diyakini dapat merangsang kompetisi positif. Hal itu diakui Dekan Fakultas Teknik Elektro dan Komunikasi (FTEK), Ir Jangkung Raharjo, MT, dan ia menyebutnya sebagai pemberdayaan potensi fakultas.

“Pemberdayaan potensi fakultas berujung pada pendapatan non tuition fee. Disamping itu, UU BHP memungkinkan kemudahan birokrasi sehingga kinerja lebih cepat dan efektif. Simpel namun tetap transparan terhadap institusi,” paparnya.

Ia menambahkan, pemberdayaan potensi fakultas tersebut disertai pendistribuasian wewenang dari institusi. Sehingga kompetisi positif antar fakultas tumbuh dengan sendirinya. Pun Jangkung mengakui, sebelum UU BHP ada FTEK sudah mempeloporinya dengan mengadakan kerja sama untuk mendatangkan non tuition fee. Kerja sama yang terjalin di antaranya dengan kalangan pemerintah dan industri.

Banyak peluang yang dapat menghasilkan non tuituon fee yang dapat menyokong pengembangan institusi. Ia yakin UU BHP akan menjembatani institusi untuk mewadahi kerja sama yang dilakukan di level fakultas. Namun yang terpenting adalah pengaturan mekanismenya terutama terkait transparansi keuangan.

“Ketika UU BHP berlaku, maka kewenangan fakulitas jadi lebih menonjol terutama terkait kerjasama dengan pihak luar. Institusi hanya meniapkan aturan-aturan global. Sedangkan pelaksana ada di level fakultas,” kata Jangkung.

Di level fakultas, Jangkung mengaku FTEK siap hadapi UU BHP. Malahan ia menginginkan agar pemberdayaan potensi fakultas tak perlu menunggu lagi. Jika tidak dilakukan sekarang, banyak peluang yang akan hilang.

Saatnya Kirim SDM Profesional untuk Internasional

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) disebut-sebut sebagai pahlawan devisa. Mereka merantau ke negeri orang hanya berbekal tenaga dan harapan. Keahliannya pun sebatas urusan rumah tangga. Dengan berbagai keterbatasan, alhasil mereka hanya bisa jadi pembantu. Tak sedikit di antaranya terbentur berbagai masalah. Mulai dari bahasa, kultur, kerja tanpa batas waktu, pembayaran gaji tidak lunas, klaim asuransi, putus komunikasi, putus hubungan kerja sepihak, bahkan masalah aspek legal. Alih-alih ingin mengais rezeki halal, yang didapat TKI malah penyiksaan dari sang tuan.


Disebutkan bnp2tki. go.id (25/6), jumlah kasus yang menimpa TKI di kawasan Asia Pasific dan Amerika selama Januari 2009 terdapat 40 kasus. Negara Brunei Darussalam menempati posisi pertama dengan memiliki 20 kasus penganiayaan, disusul Hongkong yang memiliki 5 kasus, Malaysia, Korea, Singapura masing-masing memiliki 4 kasus dan Taiwan 3 kasus.

Kasus yang menimpa tenaga kerja asal Indonesia itu turut menyulut perhatian praktisi pendidikan sekaligus Rektor Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Ir. Husni Amani MSc.,MM. Ia menilai, secara umum produktivitas dan daya saing sumberdaya manusia (SDM) nasional relatif masih rendah dibandingkan negara lain. Itulah yang menyebabkan Indonesia lebih cenderung mensuplai tenaga kerja tingkat menengah ke bawah ketimbang menengah ke atas seperti dokter, dosen, perawat, engineer atau akuntan.

“ Saat ini suplai tenaga kerja indonesia tingkat menengah atas masih sangat kecil,” kata Husni, Selasa (30/6), setelah melakukan penandatanganan dokumen prosedur gladi dan registrasi pada program penerapan ISO 9001:2008.

Sebagai pencetak SDM, sudah seharusnya perguruan tinggi (PT) memikirkan bagaimana menciptakan tenaga kerja profesional yang memiliki daya saing di level internasional. Sehingga kelak Indonesia bisa mengirim SDM profesional menengah ke atas untuk dunia internasional. Disinilah kualitas PT patut diperhatikan.

“PT yang berkualitas tinggi akan menciptaakan SDM yang professional dan berdaya saing tinggi,” ujar Husni.

Menurutnya, dewasa kini makin banyak PT nasional yang berkualitas internasional, atau yang tengah berkembang ke arah taraf internasional. Bahkan peluang PT untuk meningkatkan kualitas juga terbuka lebar. Di antaranya alokasi dana pendidikan yang besar yaitu 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pun, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) banyak meluncurkan program pengembangan PT, di antaranya program beasiswa dalam dan luar negeri, jejaring dengan kerjasama dengan PT internasional, program riset, dana untuk partisipasi seminar luar negeri, pengembangan kewirausahaan dan coop, studi banding, kompetisi penelitian, serta pengembangan sistem manajemen dan fasilitas universitas. Ini adalah kesempatan bagi PT untuk memanfaatkan peluang tersebut.

“PT harus selalu meningkatkan kualitas Tridharma-nya secara berkelanjutan. Sehingga sistem kualitas PT sangat diperlukan,” kata Husni.

Dengan meningkatnya kualitas PT, diharapkan dapat berdampak pada SDM nasional. PT berkualitas akan mampu menghasilkan SDM profesional yang siap disuplai ke dunia internasional. Sehingga dengan produktivitas dan daya saingnya, SDM nasional mampu mengangkat martabat bangsa.

Manajemen Kualitas, Rencana Matang untuk Target Menantang



Cita-cita mencapai World Class University (WCU) memang target menantang. Oleh sebab itu, institusi perlu melakukan perencanaan matang. Sebuah sistem perlu dirancang melalui pendekatan sistematis dan prosedur yang terarah. Manajemen kualitas menjadi andalan penting guna mendukung realisai WCU Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) di tahun 2017.


Diceritakan Rektor IT Telkom, Ir. Husni Amani, MSc., MM, setelah melakukan penandatanganan dokumen prosedur gladi dan registrasi pada program penerapan ISO 9001:2008, Selasa (30/6),

“IT Telkom telah mengembangkan manajemen kualitas sejak tahun 2002, yaitu dengan penerapan manajemen kualitas Baldridge. Dilanjutkan dengan Sistem Kualitas Institusi dan kontrak manajemen antara institusi dan yayasan di tahun 2004. Di Tahun 2008, IT Telkom menerapkan pengembangan Sasaran Kerja Individu. Dan penerapan ISO 9001:2008 berlaku tahun ini,”

ISO 9001:2008 merupakan sistem panjaminan mutu berskala internasional yang fokus pada standarisasi prosedur. Tim ISO 9001:2008 yang dimotori Direktorat Sistem Penjaminan Mutu, dinilai Husni telah mencapai prestasi dalam mempersiapkan proses bisnis yang diimplementasikan mulai 1 Juli itu. Uji coba ISO 9001:2008 untuk pertama kalinya diimplementasikan pada proses program gladi dan registrasi di IT Telkom, di mana Direktorat Dukungan Akademik sebagai pelaku prosesnya.

“Kita sudah mulai memasuki tahap implementasi ISO 9001:2008. Real work bukan sesuatu yang mudah, relatif lebih sulit ketimbang tahap perencanaan. Bagaimana pun, tahapan sebelumnya merupakan sebuat proses estafet yang harus dijalani. Tentunya akan sarat dengan tantangan namun pula banyak kesempatan yang dapat dimanfaatkan,” papar Husni.

Pun, jelasnya, pengembangan dan implementasi ISO 9001:2008 sebagai bagian program IT Telkom menuju WCU. Upaya realisasi WCU tersirat dalam ketiga Rencana Empat Tahun (RENETA), dari tahun 2006-2017.

“Di tahun 2006-2009, sasaran objektif RENETA mengarah pada pertumbuhan yang berkelanjutan dan pengembangan sistem institusi. Targetnya, di tahun 2010-2013 IT Telkom telah mencapai pada kualitas terbaik. Dan di tahun 2014-2017, RENETA menekankan pada penciptaan teknologi serta kontribusi institusi kepada masyarakat,” kata Husni.

Baginya, ISO 9001:2008 membuka mindset dalam menjalani hal baru dengan pedoman prosedur tertulis.

“Kesuksesan implementasi ISO 9001:2008 bergantung dari langkah dan gerak warga IT Telkom. Kini kita sudah bergerak dan akan terus bergerak kepada kemajuan, yaitu WCU. Karena WCU adalah motivator terhadap proses peningkatan kualitas yang tiada berakhir, never ending process,” pungkas Husni.

Industri Perlu Gaet Perguruan Tinggi

Perkembangan teknologi ICT terbilang cepat. Baik dari segi teknologi software, hardware dan socialware. Tentu hal itu menjadi beban bagi industri ICT dalam menghadapi persaingan. Disinilah industri butuh menggaet perguruan tinggi untuk menciptakan inovasi baru.


Di sektor ICT (Information Communication Technology), hubungan pendidikan dan industri adalah mutual benefit. Dijelaskan Rektor Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Ir. Husni Amani,MM.,MSc,

“Banyak hasil riset yang dihasilkan perguruan tinggi, termasuk Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Hasil riset yang dilakukan sivitas akademika bisa saja diapilikasikan di industri. Namun semuanya tergantung dari kesediaan pihak industri dan pihak kampus,” jelas Husni.

Budaya riset yang di bangun perguruan tinggi tidak akan berarti banyak tanpa ada lanjutan aplikasi. Oleh karena itu, dukungan dari pihak industri amat di butuhkan.

“Bagaimana pun juga dosen punya keterbatasan waktu dan dana. Mereka juga punya beban yang banyak. Sebab selain riset, dosen juga harus mengajar sehingga harus menentukan prioritas. Misalnya dengan menurunkan beban ajar dosen dan mengoptimalkan kegiatan risetnya,” kata Husni.



Menurut Husni, kiat khusus yang bisa ditempuh dunia pendidikan adalah melakukan pengembangan secara terus menerus.

“Orang pendidikan harus berani memutuskan dan mengembangkan pendidikan secara kontinyu dan sifatnya jangka panjang. Contohnya Cina, disaat Krisis mereka melakukan berbagai pengembangan terutama disektor pendidikan. Sehingga disaat krisis mereka sudah cukup mapan dalam berbagai bidang. Kita pun mampu seperti mereka ,” kata Husni.

Intinya, dunia industri dan pendidikan tak dapat dipisahkan. Bagi industri, lembaga pendidikan merupakan mitra kerja sama merupakan mitra kerja sama dalam melakukan penelitian yang fresh dan inovatif dalam menghasilkan produk-produk gress untuk dipasarkan. Sedangkan bagi lembaga pendidikan, industri adalah partner yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan hasil riset.

Senada Husni, Division Head Technical Operation West Java Region PT Indosat, Dipl Eng.Eddy Rizal.,MT menyadari, inovasi produk juga harus berkembang terus menerus karena ini era persaingan. Sebagai contoh kompetisi di kalangan industri provider, perang harga berimbas pada pelayanan pada pelanggan,



“Kendati harga murah, pelanggan pasti tetap memperhitungkan jangan sampai kualitas produk yang diterimanya kurang bagus. Kita tidak ingin terjebak dalam perang harga sehingga terus berupaya meningkatkan kualitas. Upaya tersebut tentu ada konsekuensi terkait sumber daya untuk bisa me-maintenance kualitas itu,” kata Eddy pada kuliah umum Program Pascasarjana IT Telkom, Kamis (25/6).

Kompetisi industri provider kedepan semakin kencang dimana setiap perusahaan berebut market. Kalau dulu masih bisa di bagi, GSM tarif mahal sedangkan CDMA tarif murah. Tapi sekarang sama saja. Sehingga dalam melakukan investasi harus benar-benar diyakinkan seberapa besar return yang akan dihasilkan nantinya.

“Investasi diarahkan untuk infrastruktur seluler dan pendukungnya seperti backbone. Investasi yang dibutuhkan cukup besar , tahun lalu saja mencapai 1 trilyun. Namun, pelanggan juga harus lebih banyak. Jika 70-80% network digunakan pelanggan, berarti investasi itu dianggap layak,” papar Eddy.

Tak dipungkiri, industri pun butuh inovasi dalam upayanya menghasilkan produk-produk yang gress. Indosat terus mencoba mem-provide layanan-layanan yang berbasis pada pelanggan. Diakui Eddy, Indosat sendiri terus menggali informasi mengenai kebutuhan pelanggan, baik dari sisi perorangan maupun pelanggan dalam partai besar.

“Selain layanan voice dan SMS, Indosat kini lirik layanan berbasis data. Konvergensi teknologi masa depat akan mengarah pada penggunaan akses data wireless, yang kemudian berkembang lagi ke akses-akses data lainnya. Dan sekarang sudah ada teknologi voice berbasis IP (internet protocol),”

Selanjutnya, sektor konten provider juga banyak diminati pelanggan. Pun, teknologi Global Positioning System (GPS) yang banyak digunakan sebagai alat navigasi. Pelanggan meminati teknologi ini karena kemampuan melacak atau mendeteksi sehingga biasa digunakan untuk keamanan kendaraan misalnya. Pelanggan besar seperti beberapa perusahaan di Indonesia banyak memanfaatkan teknologi ini untuk memantau proses pengiriman barang. Akan bagus jika inovasi di sektor itu terus dikembangkan.

Diakui pula oleh Eddy, sementara ini PT. Indosat tengah merintis hubungan kerja sama dengan perguruan tinggi. Kerja sama tersebut berupa program Kerja Praktek Industri (KPI) bagi mahasiswa semester akhir dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

“KPI sarat dengan nilai tambah, baik bagi pihak indosat maupun pihak perguruan tinggi. Mahasiswa akan mempunyai pengalaman kerja dan ilmu yang lebih aplikatif. Sedangkan pihak Indosat dapat memanfaatkan sumberdaya dan potensi mahasiswa,”

Dalam hal ini, pihak indosat memberikan kompensasi pada mahasiswa berupa uang saku, transport, pakaian kerja dan asuransi selama bekerja. Selama masa KPI, mahasiswa akan diberi mentor oleh pihak Indosat.

Kamis, 09 Juli 2009

Sabet Akreditasi A untuk Tingkatkan Mutu Prodi

Kini, institusi-institusi pendidikan kian berlomba dalam meningkatkan mutu dan kualitas layanannya, termasuk Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Perolehan akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) pun menjadi prasyarat mencapai kredibilitas masyarakat luas. Dua program studi IT Telkom pun kini menyabet dua akreditasi A, di antaranya program studi (prodi) Teknik Industri dan Teknik Telekomunikasi.


Teknik Industri memiliki akreditasi B sebelum menyabet akreditasi A. Tentunya hal itu menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus patut dipertahankan. Diakui Dekan Fakultas Rekayasa Industri, Ir. Agus Ahmad Suhendra, MT,

“Akreditasi adalah hal terpenting bagi perguruan tinggi, terlebih lagi bagi mahasiswa dan alumni, “

Jelasnya, hasil akreditasi menentukan karir alumni di dunia kerja. Pasalnya, banyak industri dan lembaga pemerintah yang mensyaratkan pelamar kerja untuk melampirkan akreditasi institusi pendidikannya pada saat perekrutan. Dengan peringkat akreditasi A, tentunya akan menjadi keunggulan alumni Teknik Industri IT Telkom saat melamar kerja. Dengan demikian, animo masyarakat terhadap prodi Teknik Industri IT Telkom pun akan meningkat.

Secara tidak langsung, prestasi ini memberi kontribusi pada institusi dalam mewujudkan cita-cita World Class University (WCU). Jika suatu prodi mendapat peringkat baik di tingkat nasional, alhasil perguruan tinggi internasional pun akan lebih terbuka dalam menjalin kerjasama.

Akreditasi bukanlah penilaian sesaat. Penilaian terhadap kredibilitas perguruan tinggi merupakan proses yang berkelanjutan dan bertahun-tahun. Sepertihalnya Teknik Telekomunikasi yang sebelumnya telah mendapat akreditasi A. Dan kini Teknik Telekomunikasi mendapatkan peringkat A lagi.



“Mempertahankan itu tidak mudah. Banyak hal yang harus ditingkatkan. Di antaranya pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, pengelolaan, pendidikan, serta aktivitas yang melibatkan dosen dan mahasiswa,” kata Dekan Fakultas Elektro & Komunikasi, Ir. Jangkung Raharjo, MT. Banyak upaya dilakukan kedua prodi tersebut dalam meningkatkan peringkat akreditasi dari B ke A, ataupun mempertahankan peringkat A. Meningkatkan kualitas pengajaran ditekankan pada penambahan doktor dan profesor . Secara perlahan jumlah dosen ditambah guna meningkatkan rasio dosen. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah poin terpenting dalam akreditasi, alhasil kenaikan jabatan fungsional akademik dosen juga turut diperhitungkan. Dari pangkat asisten ahli ke lektor , pangkat lektor ke lektor kepala, pangkat lektor kepala ke guru besar.

Kualitas pengajaran juga ditunjang dengan aktivitas penelitian yang melibatkan dosen dan mahasiswa. Alhasil, investasi di sektor laboratorium kian digiatkan untuk meningkatkan kualitas penelitian. Keterlibatan dosen dan mahasiswa tidak hanya dibangun dalam kegiatan penelitian saja, melainkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdian masyarakat , misalnya kegiatan seminar, pelatihan, dan pembinaan-pembinaan kepada masyarakat.

Pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat memengang peranan penting dalam menciptakan atmosfir akademik yang kondusif di lingkungan kampus. Bagi akreditasi prodi, tentu menjadi kredit poin yang baik. Agus optimis peringkat akreditasi A dapat dipertahankan jika komponen-komponen penunjang prestasi peringkat akreditasi dapat terus dioptimalkan.

Mary Kathleen McClintic,MA : “Getting Amazing Things,”

“Getting amazing things,” pungkas Mary Kathleen McClintic,MA saat mengungkapkan kesannya selama mengajar di Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Senin (15/6).


Berawal dari grant yang diberikan Regional English Language Office (RELO) Kedutaan Besar Amerika kepada IT Telkom Juni 2008, sosok yang akrab di panggil Katy ini menjadi dosen tamu di IT Telkom. Masa tugasnya selama 10 bulan, terhitung mulai September 2008 dan berakhir pada Juni 2009. Dan sekarang, usai sudah tugas Katy mengabdi di IT Telkom.

Mary Kathleen McClintic,MA,“Getting Amazing Things,”


Selama keberadaannya di IT Telkom, Katy banyak memberikan kontribusi positif berupa pengajaran dan pengembangan sistem pembelajaran bahasa Inggris. Kendati demikian, Katy mengaku banyak menggali pengalaman di IT Telkom, terutama terkait sistem pendidikan. Ia pun mengaku kagum dengan upaya-upaya yang dilakukan tim dosen bahasa Inggris IT Telkom dalam membangun kultur bahasa Inggris.

“Antusias dan kreatif, itulah yang saya kagumi dari mereka. Selalu ada inovasi atau hal-hal baru dalam metode pembelajaran bahasa Inggris, terutama metode pembelajaran yang menekankan pada tingkat pemahaman mahasiswa. Mengajak mahasisiswa untuk senantiasa terus berlatih. Bagaimanapun juga, inovasi metode pembelajaran sangat berkontribusi dalam membangun kultur bahasa Inggris di kampus,” jelas Katy.

Bersama Katy, tim dosen IT Telkom melakukan berbagai kegiatan kegiatan sosial sebagai salah satu implementasi tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Di antaranya melalui kegiatan seminar dan pelatihan. Memang IT Telkom bukan pengalaman pertama bagi Kathleen untuk berada di Indosesia. Sebelum mengajar di IT Telkom, Katy sempat mengajar juga di Bengkulu. Lagi-lagi ia mengatakan, “Getting amazing things,” saat mengungkapkan kesannya selama berada di Indonesia.

“Selama di Indonesia, saya banyak mengenali budaya dan karakteristik orang Indonesia. Setiap negara memang memiliki keunikan tersendiri. Tentunya semua itu menjadi pengalaman yang sangat berharga,” tutur Katy.

Baginya, Indonesia adalah negeri yang unik dan nyaman. Banyak pengalaman menarik dari interaksi sosial selama ia tinggal di Indonesia. Belajar bagaimana kebutuhannya, gaya hidupnya, agamanya, dan aneka ragam budayanya. Katy berharap suatu saat ia dapat mengetahui lebih dalam tentang Indonesia. Paling tidak, sekedar untuk menambah pengalamannya. Ia merasa, banyak hal positif yang ia pelajari selama di Indonesia. Pun, ia berharap teman-temannya di Amerika juga bisa mengenal Indonesia lebih dekat. “Sungguh disayangkan jika orang-orang di luar sana tidak mengenal Indonesia. Unfortunately!” pungkas Katy.

Jumat, 03 Juli 2009

Riset Mutlak Bagi WCU

Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) mencanangkan World Class University (WCU) di tahun 2017. Artinya, IT Telkom terus berupaya meningkatkan kualitas dan aktivitas penelitian di kampusnya. karena penelitian memang syarat mutlak yang harus dipenuhi perguruan tinggi untuk mencapai WCU.

“Kemampuan riset dosen dan mahasiswa harus senantiasa ditingkatkan,” ujar Kepala Bagian Research Center, Dharu Arseno, ST., MT dalam presentasinya Sinergi Penelitian di IT Telkom menuju WCU 2017 pada Workshop Penelitian, Rabu (17/6).

Kepala Bagian Research Center, Dharu Arseno, ST., MT


Ada dua jenis penelitian menurut Dharu, di antaranya generik dan aplikatif. Bedanya, penelitian generik biasanya hasil penelitiannya bersifat umum dan diimplementasikan secara tidak langsung sedangkan penelitian aplikatif sebaliknya. Fungsi dan peran penelitian seharusnya dapat menjadikan perguruan tinggi sebagai problem solver dan innovation center. Penelitian suatu perguruan tinggi memiliki kontribusi penuh pengembangan ilmu pengetahuan. Begitupun pada peningkatan kualitas pengajaran dan pengembangan kemampuan dosen.

Disebutkan dalam RENETA ( Rencana Empat Tahun ) tahap 2 (2010-2013), IT Telkom menargetkan revenue penelitian minimal 20% serta 15 buah HKI. Beberapa program yang akan dijalankan di antarnya dengan menyelenggarakan seminar, mengelola publikasi internasional serta melakukan kerjasama penelitian dengan dengan industri dan institusi, baik dari dalam dan luar negeri. Sedangkan pada RENETA tahap 3 (2014-2017) menargetkan revenue penelitian minimal 30% serta 30 buah HKI. Dibarengi dengan beberapa program seminar, publikasi internasional, menulis international text book. Selanjutnya, meningkatkan kerjasama dan penelitian dengan institusi dan industri baik dari dalam dan luar negeri.

“Meningkatkan seminar ilmiah, publikasi dan kegiatan penelitian internal dan eksternal merupakan upaya yang dapat mengembangkan kultur meneliti di IT Telkom,” kata Dharu.

Jelasnya, kultur meneliti dapat juga diciptakan dengan kompetisi. Seperti memberikan reward atau insentif kepada penulis karya ilmiah dan peneliti. Serta memberikan award kepada peneliti terbaik. Pun, pendataan penelitian dan pengajuan HaKI juga penting. Bahkan di IT Telkom, penelitian atau tulisan ilmiah menjadi salah satu kriteria dalam pengukuran kinerja dosen.

Album IT Telkom Today

Kuliah Umum Pascasarjana Perkembangan Teknologi Wireless Mobile



Program Pascasarjana Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) menyelenggarakan kuliah umum. Acara yang berlangsung di gedung C kampus IT Telkom itu mengangkat topik Perkembangan Teknologi Wireless Mobile, Kamis (25/6). Saat itu Division Head Technical Operation West Java Region PT Indosat, Dipl Eng.Eddy Rizal.,MT. Dalam presentasinya, Eddy menyoroti perkembangan teknologi IT di masa depan. Di antaranya terkait teknologi 3G dengan keterbatasan bandwith-nya, peran penting wireless LAN dalam akses internet nirkabel, teknologi smartphone dan teknologi microchip.





Kick Off Uji Coba Implementasi ISO 9001:2008



Sebagai program penerapan ISO 9001:2008 di tahun mutu, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) terus berupaya membangun kultur mutu serta menetapkan sistem dan prosedur yang mengacu pada ISO 9001:2008. Uji coba ISO 9001:2008 pertama kali akan diimplementasikan pada proses program gladi dan registrasi. Dan Direktorat Dukungan Akademik yang menjadi pelaku prosesnya. Merujuk pada upaya tersebut, hari ini telah dilaksanakan Kick Off Uji Coba Implementasi ISO 9001:2008 IT Telkom di Ruang Rapat Gedung D. Ditandai dengan penyerahan dokumen ISO 9001 :2008 untuk prosedur gladi dan registrasi , serta penandatanganan dokumen prosedur yang akan diimplementasikan. Penandatanganan dilakukan oleh Rektor IT Telkom, Husni Amani, Ir., MSc., MM, Direktur Sistem Penjaminan Mutu Dr. Yati Rohayati, dan Direktur Dukungan Akademik Drs. Suwandi, Msi.





Bank Mandiri Hibahkan 250 Bibit Pohon


Ahmad Susilo,Husni Amani, Ir., MSc., MM dan Hendratno, SE., Akt.,MM


PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk menghibahkan 250 bibit pohon kepada pihak Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Branch Manager Bank Mandiri RLE Martadinata, Ahmad Susilo kepada Wakil Rektor II Bidang Umum IT Telkom, Hendratno, SE., Akt., MM, dan disaksikan langsung oleh Rektor IT Telkom, Husni Amani, Ir., MSc., MM beserta jajaran pimpinan IT Telkom. Disampaikan Ahmad Susilo pada sambutannya,

“Hibah 250 bibit pohon kali ini merupakan salah satu program kemitraan dan bina lingkungan Bank Mandiri,”



Pun, Husni menyambut program Bank Mandiri tersebut. Baginya, penghijauan memberikan nuansa keindahan, kesegaran dan mengurangi polusi. Pada waktu yang sama, dilakukan juga penandatanganan Perjanjian Hibah Program Bina Lingkungan antara PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk dengan IT Telkom.