Era baru pita lebar kini mulai memasuki babak baru. Long Term Evolution (LTE) menjadi pengalaman baru bagi pergerakan pita lebar ke tingkat yang lebih tinggi. LTE memberikan solusi baru bagi pengguna dalam kemudahan mengakses pita lebar. LTE memiliki kemampuan teknologi mobile broadband 4G. Proyeksi booming LTE di tahun 2013 pun mundur menjadi tahun 2011.
Head of Technology Acquisition Telkomsel, I Gusti N. Panca, menilai hal itu sebagai sebuah fenomena teknologi ketimbang standarisasi teknologi.
“Fenomena drive teknologi,” sebut Panca. Jelasnya, fenomena semacam ini pernah terjadi saat teknologi GSM beralih ke 3G. Peralihan itu membutuhkan waktu 20 tahun untuk masuk ke era baru. Orang-orang jaman dulu memperkirakan perkembangan teknologi terpusat pada voice , dan itulah yang seringkali dipertajam. Namun kebutuhan masyarakat pun berubah seiring dengan perkembangan jaman dan beralih ke kebutuhan speed.
“Dalam dunia seluler, limitasi besar terjadi pada spekrum radio. Dulu jumlah 5 MHz-7,5 MHz saja sudah cukup untuk GSM. Sekarang belum tentu. Keterbatasan spektrum ini tentu harus diperhatikan,”
Sementara, limitasi spekrum yang ada tetap dimaksimalkan penggunaannya dengan mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai macam modulasi spektrum radio.
“Terjadinya peralihan teknologi dari GSM, kemudian CDMA dan kini OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) menunjukan fenomena yang mengarah pada tuntutan teknologi, bukan tuntutan pasar. Demikian pula dialami spektrum mediasi untuk 4G, “ ungkapnya.
Menilik analisis pasar Panca mengungkapkan, browsing, e-mai dan download masih merupakan penetrasi terbesar. Jika untuk browsing halaman website saja membutuhkan sekitar 50 Kb maaka dengan GPRS saja sudah cukup, tidak perlu sampai 3G atau 4G. Lain halnya download yang masih memungkinkan untuk menggunakan 3G dan 4G.
“Kebutuhan teknologi kedepan akan mengarah pada konten. Sedangkan ukuran konten cukup besar sekitar 4 Mb lebih. Artinya, kecepatan men-download harus diperhatikan supaya konten yang ukurannya besar tersebut dapat diunduh secara cepat,” papar Panca.
Ia meyakini, musik akan merajai aplikasi. Misalnya, kalau ring back tone (RBT) kini hanya bisa didengar sepotong-sepotong maka kedepannya bias di dengar secara utuh.
Wancana LTE terus bergulir dalam topik teknologi telekomunikasi bergerak. Kabarnya beberapa operator siap mengadopsi teknologi ini. Tak hanya operator, penyedia perangkat (vendor) pun gencar mempromosikan produk barunya agar bisa dipakai di operator. Jika LTE telah diadopsi oleh sekitar 30 negara maju, maka pertanyaannya, kapan Indonesia akan mengadopsi LTE?
Kita tunggu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar