Genap satu bulan Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) berada di bawah kepemimpinan Ir. Ahmad Tri Hanuranto, MT, atau AT, sejak pelantikannya di Maret lalu. Ada PR yang harus diemban AT, yakni melanjutkan tongkat estafet dalam mewujudkan IT Telkom menjadi perguruan tinggi kelas dunia. Lalu, bagaimana AT mewujudkannya?
“Saya gak mau bicara prestasi dulu. Saya yakin, IT Telkom sudah berjalan baik. Namun, kembali lagi ke visi dan misi semula bahwa institusi ini didirikan untuk menjadi agen perubahan. Namun, jika sampai sekarang masih belum dirasakan oleh masyarakat sekitar sebaiknya jangan banyak komentar dulu. Tapi harus bekerja lebih keras,” tegasnya.
Beberapa prestasi mahasiswa dan dosennya telah membawa harum nama IT Telkom di ranah akademik. Namun, AT tak ingin keharuman itu berlangsung sekejap sehingga beberapa hal interen institusi harus diperbaiki dan ditingkatkan.
“Realisasinya? Tentu berpegang pada prinsip yakni Good Governance University (GUG) dan humanity,” ungkapnya.
Dua kendali itu dipegangnya dengan harapan agar karyawan IT Telkom bisa nyaman dalam menjalankan tugasnya. Pun, ia menyadari bahwa perubahan yang dicita-citakannya tidak mungkin terealisasi tanpa kerjasama seluruh karyawan.
“Semua proses yang terjadi di IT Telkom harus berdasarkan hati dan perasaan jangan sampai kontraproduktif, tapi jangan sampai terlalu santai,” ujarnya.
Di bulan pertama, AT meluangkan waktu untuk mengunjungi beberapa unit kerja di IT Telkom. Rupanya, ia berusaha menghimpun informasi sebanyak-banyaknya dari setiap unit kerja di IT Telkom. Ia pun menyisir informasi mulai dari direktorat, fakultas, program studi hingga level rumah tangga seperti keamanan dan layanan kebersihan. Bahkan ia pun menggali informasi melalui dokumen-dokumen penting tentang keuangan dan sumber daya manusia (SDM).
“Memang saya harus kerja keras untuk menghimpun informasi tersebut hingga akhirnya diperoleh suatu keputusan yang tepat untuk membuat beberapa perubahan,” ujarnya.
Supaya landasan institusi lebih kokoh, AT akan melakukan konsolidasi secara interen dulu. Yang terpenting, membangun kepercayaan antar unit kerja di IT Telkom. Ia juga akan melakukan deregulasi atau otonomi terhadap fakultas dengan harapan fakultas bisa lebih leluasa mengembangkan potensi, kreativitas dan kerjasamanya.
Baginya, selalu ada potensi yang bisa diubah.
“Caranya, dengan tidak berpatok pada ritual pendidikan yang biasa. Kami akan membentuk mahasiswa melalui pendidikan yang terintegrasi. Bukan sekedar IPK tinggi,”
Namun pada dasarnya semua orang harus melihat sesuatu secara sadar. AT percaya, setiap orang bisa berubah sesuai potensinya asalkan mau bekerja keras. Pintar atau tidaknya seseorang namun selalu ada potensi yang bisa dikembangkan menuju sukses.
“Yang penting adalah proses usaha. Selalu ada potensi yg bisa dikembangkan dan bisa menuju sukses. Kreativitas adalah milik semua. Siapa pun bisa sukses, yg penting usaha. Dan kreativitas menjadi modal utama yang wajib bagi perguruan tinggi karena berkaitan dengan efektifitas. Lagi pula, core bisnis suatu perguruan tinggi adalah kepuasan mahasiswa. Sehingga mahasiswa juga akan sangat loyal pada institusi ini,” paparnya.
AT yakin, dengan kreativitas mestinya banyak solusi yang datang dari IT Telkom untuk memenuhi kebutuhan negara. Untuk institusi sebesar IT Telkom rasanya belum maksimal. Saya berharap ada orang IT Telkom yang bisa berkontribusi sebagai penentu kebijakan di belakang layar pemerintahan. Pun, AT berharap IT Telkom juga bisa memberikan solusi terhadap masalah-masalah negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar