Berdasarkan survey yang pernah dilakukan penulis sekaligus konsultan penerbitan buku, Leo Sutanto, terhadap 51 dosen di tahun 2006, ada empat alasan dosen untuk tidak menulis buku.
“Tidak tahu bagaimana seluk beluk penerbitan buku, tidak memiliki koneksi, belum siap menulis buku dan tidak percaya diri,” ujar Leo, saat menyampaikan presentasinya pada Workshop Penulisan Buku Ajar, Kamis (8/4), di GSG Vip B Kampus Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Workshop tersebut diselenggarakan Bagian Teknologi & Metoda Pembelajaran Direktorat Sistem Pejaminan Mutu IT Telkom. Workshop terdiri dari lima sesi yang diakhiri dengan sesi seminar penerbitan buku. Pada workshop, Leo mengulas beberapa kiat menulis buku dan penerbitannya.
“Dalam menulis buku, penulis wajib memperhatikan prinsip dasar penerbitan buku. Mencakup isi buku, bahasa buku, dan sumber. Pastinya, buku tidak boleh mengandung unsur pelanggaran,”
Jelasnya, isi buku harus asli karya sendiri. Informasi yang disajikan dalam buku harus akurat dan prospektif bagi target pembaca. Buku menggunakan bahasa standar, komunikatif dan efektif yang dikemas menjadi bacaan menarik.
“Perlu di ingat, setiap penerbit memiliki proritas berbeda, ada penerbit umum dan spesifik. Penulis sebaiknya mempelajari reputasi dan profil penerbit terlebih dahulu sebelum memberikan naskahnya,”
Kepada calon penulis ia berpesan, jangan pernah sekali-sekali memberikan naskah ke orang yang salah. Sebaiknya naskah hardcopy dan softcopy tidak diberikan dalam waktu bersamaan. Namun, ciri penerbit yang baik adalah penerbit yang memiliki visi dan misi yang jelas. Penerbit yang professional biasanya memiliki pengalaman matang dan jaringan pemasaran. Ia pasti memiliki percetakan sendiri sehingga ia berani mencetak jumlah eksemplar. Pun, ia professional dalam hal pembayaran royalti.
Banyak kesempatan yang dapat diperoleh dari menulis buku. Royalti? Sudah pasti. Namun ada hal lain yang bisa diperoleh penulis yakni peningkatan karir, reputasi dan kepuasan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar