Selasa, 02 Februari 2010

BTP Mampu Lirik Potensi Lokal

Kurang lebih satu juta aplikasi telah dihasilkan oleh kreator teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tentunya kondisi ini membawa angin segar bagi perkembangan TIK Indonesia. Knowledge based economy menjadi tantangan TIK di era konvergensi. Tentu kondisi ini membutuhkan dukungan masyarakat berbasis informasi guna menggerakan roda ekonomi nasional di bidang Informasi dan Telekomunikasi. Inilah yang menjadikan inpirasi tersendiri bagi terbentuknya Bandung Techno Park. Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Industri Alat Tranporttasi dan Telematika Departemen Perindustrian Republik Indonesia, Dr.Ir. Budi Darmadi, menyampaikan,

“Jika Bandung Techno Park mampu melirik potensi kreator lokal, maka aktivasinya cukup besar. Hampir semua jenis bisnis membutuhkan perangkat TIK,”

Jelasnya, pertumbuhan industry TIK kini mencapai 8% pertahunnya. Sedangkan pertumbuhan ekonomi sekitar 4 %. Ini membuktikan industri ICT bergerak terus. Beberapa Industri ICT kini bergerak ke arah teknologi wireless broadband access. Teknologi ini didominasi oleh teknologi WiMax. Tentu akan ada regulasi pemerintah terhadap pergerakan ini menyusul kemuadian. Untuk tahap sekarang fixed wireless sedang di set up menjadi mobile wireless.

“Pergerakan TIK menyebabkan capital expenditure kita mencapai 40-60 trilyun tahun lalu. Sayangnya, belum termanfaatkan dengan baik. Maka selayaknya menjadi kesempatan bagi kita,” papar Budi.

Ia mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pemerintah mulai melirik pada potensi dunia akademik. Pun, ia meyakini BTP bisa menjadi andalan yang berupa sektor grup yang dapat menghasilkan produk. Ia meyakini, masih banyak inovasi yang bisa digali dan meramaikan industri kreatif TIK.

BTP memang proyek strategis. Pasalnya, persediaan sumber daya terkonsentrasi di satu tempat, yakni ditengah konsentrasi lingkup akademik. Sehingga dipastikan BTP dapat beroperasi lancar. Menurut Budi, modal utama BTP yakni sumber daya manusia (SDM).

“Pada dasarnya industri TIK membutuhkan tenaga ahli yang mampu menciptakan hardware dan software. Sumber daya yang terkonsentrasi hanya mampu dilakukan di dekat pusat-pusat perguruan tinggi dan pabrik. Keduanya telah memiliki teknologi canggih,” jelas Budi.

Keunikan TIK yakni tidak mengutamakan sumber daya alam. Industri TIK lebih mengutamakan sumber daya kreativitas dan kerja otak. Ini jelas beda dengan jenis industri lainnya. Jika industri TIK ingin maju maka infrastrukturnya IT harus ditingkatkan. Untuk peningkatan infrastruktur tentunya membutuhkan investasi. Jelas Budi, sementara ini dana milik pemerintah diinvestasikan untuk pengembangan industri kecil dan menengah. Pemerintah pun tengah mengembangkan jaringan untuk kegiatan riset.

“Optimis, BTP harus menjadi pusat aktivitas yang berkualitas guna meramaikan industri TIK,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar