Rabu, 28 April 2010

Workshop Pemanfaatan Layanan Perpustakaan ulas SpringerLink


Unit Pelayanan Teknis Perpustakaan Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) menyelenggarakan Workshop Pemanfaatan Layanan Perpustakaan di Multimedia Room Learning Center IT Telkom, Selasa (27/4). Workshop mengulas tentang layanan SpringerLink oleh Saw Luan Chua, SpringerLink eJournal Consortium - Higher Education,


SpringerLink merupakan salah satu basis data full teks yang terintegrasi untuk jurnal, e-buku, referensi dan koleksi arsip online. Serta jurnal dan buku diterbitkan oleh Springer.Secara keseluruhan, SpringerLink memiliki 4.696.795 koleksi. Terdiri dari 40.800 publikasi ilmiah, 2.239 jurnal, 1.107 seri buku, 37.454 buku dan 166 reference work dan 20,530 protocols. Berdasarkan subjeknya SpringerLink terdiri dari topik Architecture and Design (3,436), Behavioral Science (73,216), Biomedical and Life Sciences (992,385), Business and Economics (135,562), Chemistry and Materials Science (698,413), Computer Science (363,572), Earth and Environmental Science (252,867), Engineering (226,701),Humanities, Social Sciences and Law (229,876), Mathematics and Statistics (314,174), Medicine (914,243), Physics dan Astronomy (475,716), serta Professional and Applied Computing (9,488).

Disampaikan Saw Luan Chua,

“Sebagai homepage, SpringerLink menjaga file-file jurnal, artikel, e-book, dan lainnya agar bisa diakses namun keamanannya tetap terjaga. Proses download di SpringerLink tidak bisa dilakukan dalam jumlah yang banyak. Hal itu bertujuan untuk mencegah plagiarisme terhadap jurnal-jurnal yang dipublikasikan di SpringerLink,”

Tampilan SpringerLink dibuat menggunakan beta. Baginya SpringerLink lebih mudah digunakan. Dalam pengelolannya, SpringerLink di –update 24 jam. Kendati mudah diakses, tidak semua publikasi dapat diakses di SpringerLink

SpringerLink mengalami penambahan member setiap tahunnya. Jadi, SpringerLink dapat digunakan sebagai media publikasi yang baik. Kami telah bekerja sama dengan Indonesia sekitar 4 tahun.

“Sementara ini, SpringerLink sudah melakukan kerjasama dengan Departemen Pendidikan Tinggi (Dikti),”

Bergabunglah di Riset Grup Sejak Dini


“Bergabunglah di riset grup sejak dini,”
Begitulah ajakan Kepala Bagian Research Center (Ka. BRC) Dharu Arseno, ST., MT, dihadapan mahasiswa Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) pada acara Seminar Internal yang berlangsung di GSG Vip B IT Telkom, Kamis (22/4).

Jelasnya, riset grup sebagai kegiatan ilmiah dan pengembangan keahlian sejak dini. Bagi mahasiswa semester 5 sebagai persiapan dalam menentukan judul tugas akhir. Mahasiswa berperan sebagai sumber daya di riset grup yang merupakan tulang punggung perguruan tinggi kelas internasional.

Pengertian perguruan tinggi bertaraf internasional rasanya tak sebatas sebutan World Class University (WCU). Nyatanya, banyak indikator yang harus dipenuhi suatu perguruan tinggi untuk menjadi WCU, salah satunya adalah riset. Dinyatakan oleh Henry M. Levin, Columbia University,

“Secara umum, telah disepakati bahwa universitas yang baik memiliki mahasiswa unggul dalam pendidikannya, kegiatan riset, pengembangan serta publikasi ilmu pengetahuan. Aktivitasnya memberi kontribusi terhadap kebudayaan, ilmiah, pemikiran baru bagi masyarakat,”

Bahkan, komposisi penilainannya dilihat dari reputasi akademik berdasarkan peer review dengan bobot 40 %, pengguna dengan bobot 10 %, mahasiswa internasional 5%, staff internasional 5 %, rasio dosen dan mahasiswa 20%, dan rata-rata sitasi per dosen dengan bobot 20%.

Demikian pula Shanghhai Jiao Tong University memakai standar penilaian dengan kategori lulusan yang memenangkan nobel dengan bobot 10%, staf pemenang nobel 20%, hasil riset staf di kutip dalam 21 bidang 20%, artikel dalam nature dan science dengan bobot 20%, artikel dalam jurnal international dengan bobot 20%, dan kinerja akademik relatif terhadap ukuran institusi dengan bobot 10%.

Senin, 26 April 2010

Seminar Spike Ignite Your True Potential : Menjadi Technopreneur



“Terdapat 4, 3 juta lulusan di Indonesia setiap tahunnya. Namun jumlah tersebut tidak sesuai dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia,” kata Noor Azman Zakaria, Country Director PT. Bagus Skali, pada seminar Spike Ignite Your True Potential yang digelar infocom Career and Development Center Institut Teknologi Telkom di GSG, Kamis (22/4).

Pun, Noor meyakini, adanya ketidaksesuaian permintaan perusahaan terhadap kualifikasi lulusan menjadi salah satu faktor tingginya tingkat persaingan dalam pasar tenaga kerja.

“Faktanya suplai lulusan dan permintaan perusahaan belum pas. Sehingga pasar tenaga kerja jadi kompetitif. Sekitar 70% lulusan IT dinilai kurang kompeten sehingga tidak cocok dengan kualifikasi yang ditetapkan perusahaan,” ujarnya.

Di tengah tingginya tingkat persaingan pasar tenaga kerja, para sarjana banyak memilih menjadi wirausaha. Namun, bagi seorang sarjana teknik wirausaha seharusnya bukan lagi menjadi alternative terakhir. Melainkan menjadi pilihan utama untuk menuangkan ide, minat, bakat dan kreativitas yang berbasis teknologi, atau technopreneurship. Menyoal technopreneurship, Noor menilai,

“Technopreneurship menyokong pertumbuhan budaya kewirausahaan di Indonesia. Selain itu, technopreneurship berpotensi meningkatkan penyerapan tenaga kerja,”

Technopreneurship merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan teknologi yang digunakan untuk menciptakan suatu inovasi. Serta digunakan untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna memecahkan persoalan yang ada. Dengan menciptakan bisnis atau usaha, berarti berani menanggung resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada. Noor yakin, dengan tecnorpreneurship akan meningkatkan pendapatan negara melalui perluasan pajak dan devisa negara.

“Dengan demikian, technopreneurship membantu mendorong perkembangan ekonomi, meningkatkan kemandirian bangsa,” katanya.

Seminar Teknik Fisika dan Tantangan Masa Depan : Menjawab Prospek Lulusan Teknik Fisika

“Pak, apa betul teknik fisika lagi booming karena banyak dibutuhkan di dunia kerja,” tanya salah satu mahasiswa Teknik Fisika Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) pada seminar sehari Teknik Fisika dan Tantangan Masa Depan yang digelar Fakultas Sains IT Telkom.

Acara berlangsung di Multimedia Room Learning Center IT Telkom, Kamis (22/4). Menghadirkan Dr.Ir. Bambang Widjiantoro dan Dr. Ir. Sekartedjo dari Institut Teknologi Sepuluh September (ITS).

Dijelaskan Bambang dalam presentasinya,

“Kompetensi yang dihasilkan oleh pendidikan teknik fisika adaalah membentuk sarjana teknik yang menguasai ilmu pengetahuan rekayasa berbasis fisika dengan memanfaatkan model-model matematika dalam memecahkan masalah masalah rekayasa,”



Bahkan, jelasnya, pada pendidikan pasca sarjana (S2 dan S3) di lingkup bidang keilmuan pengetahuan teknik fisika dimaksudkan untuk pendalaman analisis dan atau sintesis dari bidang-bidang keahlian yang dikembangkan dalam program studi atau departemen dan jurusan fisika. Teknik fisika memiliki penajaman pada beberapa bidang keahlian seperti instrumentasi, sistem pengukuran, kontrol otomatis, akustik, fisika bangun, pengkondisian termal, optik, dan material. Teknik fisika dibutuhkan sebagai pengkayaan dari pola ilmiah pokok yang menjadi cakupan utama kurikulum pendidikan teknik fisika di Indonesia.

“Pendidikan teknik fisika harus mampu mempertahankan keunggulan dalam penguasaan sain rekayasa yang berakar pada ilmu pengetahuan fisika dan matematika,” pungkasnya.

Rabu, 21 April 2010

Walk in Interview Huawei di IT Telkom



Huawei Technologies Co. Ltd (Huawei) menggelar Walk In Interview di Kampus Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Kegiatan berlangsung di Gedung Serba Guna Kampus IT Telkom, Rabu (21/4). Diikuti oleh 260 peserta rekrutasi yang terdiri dari alumni IT Telkom.

Kegiatan tersebut diawali dengan presentasi profil perusahaan oleh Huawei. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu, peserta akan menjalani serangkaian tes dan tiga sesi wawancara.

Perusahaan pemasok perangkat telekomunikasi dan jaringan komunikasi terbesar di Cina itu tengah merekrut karyawan baru untuk posisi Technical dan Sales Engineer. Berkarir dan menjadi bagian dari Huawei tentu menjadi harapan para peserta rekrutasi. Tentunya kesempatan itu sangat menarik mengingat ada dua jalur yang bisa dipilih dalam menjalani karirnya di Huawei, yakni jalur professional dan manajerial.

Pertemuan KIKK dengan Rektor


Keluarga Istri Karyawan Karyawati (KIKK) Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) mengadakan pertemuan dengan Rektor IT Telkom, Ir. Ahmad Tri Hanuranto, MT, Selasa (20/4). Bertempat di Ruang Rapat Gedung D lantai 1 kampus IT Telkom anggota KIKK memanfaatkan waktu untuk berdiskusi dengan Ahmad.

Dalam diskusinya, para anggota mengungkapkan keinginan mereka untuk meningkatkan silaturahmi sesame anggota. Mengingat anggota KIKK yang aktif belum menyeluruh. Dengan demikian, anggota meminta saran dan masukan dari Ahmad.

Ahmad berharap, KIKK dapat membangun komunikasi antar anggota lebih baik lagi. Sehingga dapat meningkatkan silaturahmi antar anggota. Ia juga berharap KIKK dapat meningkatkan partisipasi untuk institusi.

Selasa, 20 April 2010

Kini, Ahmad Tri Hanuranto (AT) Rektor IT Telkom 2010-2014



Setelah empat tahun (2006-2009), Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) dipimpin oleh Ir. Husni Amani,MM.,MSc. Kini, IT Telkom memulai babak kepemimpinan baru Rektor IT Telkom, yakni Ir. Ahmad Tri Hanuranto, MT. AT, begitu ia akrab disapa, menjalankan tugasnya sebagai Rektor IT Telkom untuk periode 2010-2014.


Prosesi serah terima jabatan dari Husni ke AT telah berlangsung di kantor PT Telekomunikasi Indonesia, Graha Citra Caraka, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 52, Jakarta Selatan, Selasa (30/3). Saat itu Husni resmi melepaskan jabatannya sebagai Rektor IT Telkom. Pelantikan AT dilakukan oleh Ketua Dewan Pimpinan Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) Rinaldi Firmansyah, yang juga merupakan Direktur Utama PT. Telkom. Pun, peristiwa bersejarah itu turut disaksikan Ketua Dewan Pengurus YPT, Dr. Herry Kusaeri beserta jajaran Direksi PT. Telkom dan pimpinan YPT Grup. Pada acara Pisah Sambut Rektor IT Telkom, Jumat sore (16/4), pertama kalinya AT menyapa civitas academica IT Telkom. Acara berlangsung di Gedung Serba Guna IT Telkom, Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu Bandung.

Sebelumnya AT menjabat Direktur Politeknik Telkom. Di ajang proses Pemilihan Rektor IT Telkom, AT berhasil menyisihkan calon rektor lainnya. Tanggal 1 April 2010 pun menjadi hari pertama AT menjalankan tugasnya di IT Telkom.

AT sempat mengutarakan rencana yang telah dirancangnya untuk IT Telkom. Salah satu tekadnya adalah menjadikan Dayeuhkolot Bandung sebagai kawasan pendidikan besar dan pesat.

“Di mana pun saya ditempatkan, saya akan berusaha memberikan yang terbaik,” ujar pria kelahiran Surakarta, 30 September 1966 ini.

Sosok AT Hanuranto tidak asing di IT Telkom. Sebelum menjabat Direktur Politeknik Telkom, ia bertugas sebagai dosen tetap Fakultas Elektro dan Komunikasi IT Telkom. Alumnus Teknik Elektro ITB ini mengabdikan dirinya sebagai dosen sudah lebih dari 15 tahun. Ia pun sempat beberapa kali dipercaya memegang beberapa jabatan, antara lain, Ketua jurusan Teknik Elektro, Sekretaris Jurusan Teknik Elektro, dan Ketua Laboratorium Jaringan dan Multimedia. Jadi tak heran, jika AT memiliki sense of belonging yang kuat terhadap IT Telkom. Ia pun bertekad mengajak IT Telkom melakukan percepatan dengan kembali meluruskan niat.

“IT Telkom memiliki potensi besar dan memadai. Kekuatan itu tinggal dimanfaatkan saja, bukan menjadi beban. Karena IT Telkom memiliki potensi besar untuk menatap masa depan,” ujar papar peraih penghargaan Dosen Teladan versi Kopertis tahun 1999 itu.

Ihwal rencana jangka pendek, AT menilai perlu ada revitalisasi dan restrukturisasi terhadap daya tahan lembaga IT Telkom untuk percepatan menuju World Class University (WCU). Dalam aksinya, ia akan memperpendek birokrasi. Baginya, restrukturisasi merupakan sebuah keniscayaan.

Mewujudkan IT Telkom menjadi perguruan tinggi berkaliber dunia pun digulirkan AT sebagai program jangka panjangnya. Dibeberkannya agenda program jangka panjang dalam debat calon rektor beberapa waktu sebelumnya,

”Mengokohkan pondasi IT Telkom, introspeksi mengukur kondisi dengan cara mengevaluasi manajemen, organisasi serta tata kelola akademik, sumber daya, pendanaan atau anggaran, dan kerja sama,” ungkapnya.

Jelasnya, hasil intropeksi atau evaluasi, dituangkankannya dalam rumusan langkah-langkah strategis dan akselerasi. Mulai pendefinisian milestone setiap Renata (Rencana empat tahun) beserta indikator keberhasilan secara transparan, akselerasi pengembangan pilar utama sebagai landasan yang kokoh. Akselerasi pilar utama yang dikembangkan adalah dosen atau fakultas, tenaga pendukung, mahasiswa, manajemen dan organisasi, serta finansial. Mempercepat dan mendorong langkah menuju ciri-ciri perguruan tinggi kelas dunia merupakan tahap selanjutnya, dengan membuat roadmap riset yang fokus, realisasi kerja sama yang berbasis riset, menghasilkan beberapa algoritma dan teknologi yang dipatenkan dan diakui secara nasional maupun internasional, menata lingkungan kampus yang representatif bagi pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengembangan kultur ilmu pengetahuan, serta financial performance yang kokoh.

Kini, ia juga dipercaya sebagai konsultan Ahli Ditjen Postel Depkominfo. Sebelum berkecimpung di ranah pendidikan AT sempat bekerja di industri sebagai Project Engineer.

“Dunia pendidikan lebih menarik, karena dapat berbagi ilmu dengan orang lain serta lebih bernilai positif,” kata AT.

Sejak sekolah, dia memang tertarik dengan dunia Information and Communication Technology (ICT). Hal ini dibuktikannya dengan kuliah di jurusan Teknik Elektro semasa kuliah dulu. Tidak mengherankan bila kemudian ia dipercaya sebagai Ketua dan dosen tetap Fakultas Elektro dan Komunikasi di Institut Teknologi (IT) Telkom. Bahkan, untuk meningkatkan pengetahuannya dalam bidang ICT, ia pernah mengikuti Advanced Training on Telecommunication, Supelec & ENST, France Telecom di Paris – Perancis, serta Lecture Training Program, di NTT East di Tokyo - Jepang.



Keseriusan AT Hanuranto berkecimpung dalam dunia pendidikan tak diragukan. Sederet prestasi dan berbagai jabatan penting pernah diraih dan diembannya, antara lain dosen teladan Kopertis Wilayah IV Jabar dan Banten, Sekjen Panitia PIMNAS XII Dikti-Depdiknas, examiner atau assesor Sistem Mutu Malcolm Baldrige, anggota Kelompok Kerja Pengembangan Politeknik dan Program Diploma Indonesia-Ditjen Dikti, dan Staf Ahli Direktorat Kelembagaan Internasional-Ditjen Postel. Menyoal posisinya kini sebagai rektor, AT menganggap jabatan rektor bukan puncak karirnya. Meskipun orang lain menilai, menjadi rektor adalah karir puncak.

”Selepas empat tahun menjabat, toh saya akan kembali menjadi dosen. Selepas itu pun saya masih memiliki waktu sekitar lima belas tahun sebelum pensiun,” pungkasnya.


Risca/Patimah-Tell

Senin, 12 April 2010

Empat Alasan Untuk Tidak Menulis Buku

Berdasarkan survey yang pernah dilakukan penulis sekaligus konsultan penerbitan buku, Leo Sutanto, terhadap 51 dosen di tahun 2006, ada empat alasan dosen untuk tidak menulis buku.




“Tidak tahu bagaimana seluk beluk penerbitan buku, tidak memiliki koneksi, belum siap menulis buku dan tidak percaya diri,” ujar Leo, saat menyampaikan presentasinya pada Workshop Penulisan Buku Ajar, Kamis (8/4), di GSG Vip B Kampus Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Workshop tersebut diselenggarakan Bagian Teknologi & Metoda Pembelajaran Direktorat Sistem Pejaminan Mutu IT Telkom. Workshop terdiri dari lima sesi yang diakhiri dengan sesi seminar penerbitan buku. Pada workshop, Leo mengulas beberapa kiat menulis buku dan penerbitannya.

“Dalam menulis buku, penulis wajib memperhatikan prinsip dasar penerbitan buku. Mencakup isi buku, bahasa buku, dan sumber. Pastinya, buku tidak boleh mengandung unsur pelanggaran,”

Jelasnya, isi buku harus asli karya sendiri. Informasi yang disajikan dalam buku harus akurat dan prospektif bagi target pembaca. Buku menggunakan bahasa standar, komunikatif dan efektif yang dikemas menjadi bacaan menarik.

“Perlu di ingat, setiap penerbit memiliki proritas berbeda, ada penerbit umum dan spesifik. Penulis sebaiknya mempelajari reputasi dan profil penerbit terlebih dahulu sebelum memberikan naskahnya,”

Kepada calon penulis ia berpesan, jangan pernah sekali-sekali memberikan naskah ke orang yang salah. Sebaiknya naskah hardcopy dan softcopy tidak diberikan dalam waktu bersamaan. Namun, ciri penerbit yang baik adalah penerbit yang memiliki visi dan misi yang jelas. Penerbit yang professional biasanya memiliki pengalaman matang dan jaringan pemasaran. Ia pasti memiliki percetakan sendiri sehingga ia berani mencetak jumlah eksemplar. Pun, ia professional dalam hal pembayaran royalti.

Banyak kesempatan yang dapat diperoleh dari menulis buku. Royalti? Sudah pasti. Namun ada hal lain yang bisa diperoleh penulis yakni peningkatan karir, reputasi dan kepuasan batin.

Jahja B Soenarjo : Menyorot Iklim Wirausaha Indonesia

Seorang pakar kewirausahaan, David McClelland, mengatakan,

“Jika 2% saja penduduk suatu negara terlibat aktif dalam kewirausahaan, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan sejahtera,”

Pendapat serupa pun dikatakan praktisi pendidikan dari Stanford University Profesor Edward Lazear,

“Wirausahawan adalah pelaku paling penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini. Dampak yang ditimbulkan dari pembesutan kewirausahaan adalah pelipat gandaan produktivitas masyarakat dan turut mendorong tumbuhnya masyarakat yang kreatif,”


Faktanya, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) di tahun 2006 bahwa di Indonesia terdapat 48,9 juta UKM dan menyerap sekitar 80% tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut menyumbang 62% dari PDB non-migas.



“Betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia. Begitu pun dampak positifnya bagi kemajuan ekonomi bangsa,” ujar konsultan, pengamat dan praktisi kewirausahaan yang kini menjabat sebagai Chief Consulting Officer DIREXION, Jahja B Soenarjo.

Diceritakannya pada orasi ilmiah wisuda lulusan IT Telkom periode 27 Maret 2010,

“Kegiatan wirausaha di Indonesia berkembang paling pesat saat krisis moneter melanda di tahun 1997. Berawal dari 7000 usaha kecil di tahun 1980 melesat menjadi 40 juta pada tahun 2001. Artinya banyak usaha kecil yang muncul di saat krisis tersebut dikarenakan kebutuhan dan kurang didorong oleh faktor inovasi,”

Lanjutnya, jika data BPS tahun 2006 ditelaah lagi, 48,8 juta usaha kecil di Indonesia tahun 2006 menyerap 80,9 juta angkatan kerja, di tahun 2009 diperkirakan sudah mendekati angka 100 juta angkatan kerja yang tersebar pada sektor pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan (53,5%), sementara usaha menengah banyak bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran (53,7%) dan usaha besar di industri pengolahan (35,4%).

“Sayangnya, Dunia kewirausahaan Indonesia masih banyak yang mengandalkan otot dibandingkan otak. Kerja keras dibandingkan kerja cerdas. Hal itu menunjukkan bahwa dunia kewirausahaan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain yang sudah memasuki abad informasi dan pengetahuan,” ungkap Jahja.

Masih di tahun yang sama, data BPS menunjukkan, terdapat 11 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 106 juta angkatan kerja. Pun, 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut diperkirakan bertambah setiap tahunnya dan dapat memperburuk kondisi sosial ekonomi bangsa. Belum lagi masalah angkatan kerja yang terkena rasionalisasi.

“Beberapa fakta seolah menunjukkan iklim wirausaha di Indonesia belum dapat sepenuhnya memberikan sumbangan yang positif bagi kecerdasan dan kesejahteraan bangsa. Padahal situasi dan kondisi bisnis yang kian kompetitif dan pergerakan roda globalisasi yang dinamis menjadi tanda dimulainya era perdagangan bebas,” pungkas Jahja.


Wirausaha Berasal Dari Jiwa Individunya

Harus diakui, kegiatan yang lebih mementingkan prestasi kerja akan mendorong terciptanya pola mekanisme kerja yang lebih obyektif. Sayang, hal itu masih berupa cita-cita belaka.

Padahal, sektor bisnis sangat kompetitif dan peka terhadap pengaruh lingkungan. Bisnis menjadi mutlak membutuhkan manusia bermental wirausaha. Jiwa individunya harus memiliki dinamika, motivasi, kreativitas dan inisiatif nyata. Merekalah yang memiliki mampu bekerja sama dengan penuh tanggung jawab dalam setiap penugasan yang dibebankan kepadanya.

“Sebagian besar individu belum memiliki jiwa kewirausahaan secara nyata, melainkan masih diwarnai jiwa pekerja yang melekat pada tingkah laku serta kebiasaannya,” kata Jahja.

Mengapa demikian? Jahja memastikan faktor penyebabnya tidak hanya satu.

“Mulai dari lingkungan keluarga, kebiasaan kerja dan praktek-praktek yang terjadi di masyarakat. Kebanyakan kurang mendukung tumbuhnya jiwa wirausaha di kalangan masyarakat itu sendiri,” ungkapnya.

Kenangnya, nilai-nilai yang diyakini masyarakat Indonesia hakekatnya merupakan warisan sejarah kolonial. Kultur masyarakat memang kurang memberi peluang kepada pribumi bangsa memiliki jiwa wirausaha baik. Di masa kolonial, masyarakat kerap diatur agar tidak bisa maju. Kesempatan untuk berkembang dibatasi. Pendidikan pun dibatasi. Hanya orang-orang tertentu saja yang memperoléh peluang untuk rnengenyam kemudahan pendidikan dengan baik.

Meninjau kembali profil kewirausahaan di Indonesia, maka ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan, yakni pengembangan jiwa dan karakter wirausaha sejati, pengembangan ketrampilan membesarkan usaha, dan mewujudkan sinergi dalam pengembangan keunggulan bersaing bangsa.

Hal ini menjadi tugas dunia pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kreativitas, sikap mandiri dan sikap pro-aktif harus mewarnai semua kegiatan pembelajaran. Jika 50% saja kegiatan usaha kecil di Indonesia berkembang dan membutuhkan tambahan 1 orang tenaga kerja, maka akan tersedia 24,4 juta lapangan kerja baru. Nyatanya, interaksi dan hubungan antarnegara saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Jadi, dibutuhkan sinergi lintas ilmu dan lintas industry, dalam hal ini kerjasama institusi pendidikan dengan industri yang akhirnya dapat membangun keunggulan daya saing bangsa.

TOEIC Bukan Tes “Bahasa Inggris Bisnis”



Memang, beberapa perusahaan ternama selalu mempersyaratkan tes TOEIC dalam setiap proses rekrutasinya. Hal itu kerap membuat keliru masyarakat dan menganggap TOEIC sebagai tes bahasa Inggris khusus bisnis. Padahal dalam tes TOEIC peserta tidak diminta untuk menghapal istilah-istilah khusus dalam bidang bisnis.


Pada seminar Pekan Pengembangan Keprofesian, Kamis (1/4) di GSG Kampus IT Telkom, seluk beluk tes TOEIC diulas habis oleh Alfredo Torno, Direktur Humakom Internasional. Peserta terdiri dari mahasiswa dan alumni Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Ulasan TOEIC diulas Alfredo dalam bahasa Inggris.

TOEIC, atau Test Of English for International Communication, adalah tes keahlian bahasa Inggris untuk siapa saja yang tidak mengadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Kendati menunjukan seberapa baik seseorang berkomunikasi dengan orang lain dalam menjalin bisnis, perdagangan dan industri. Namun, sekali lagi, tes TOEIC tidak memerlukan pengetahuan khusus atau istilah-istilah tidak umum.

Umumnya, kecakapan berbahasa Inggris dapat dicapai melalui kombinasi, latihan dan belajar. Berlatih dengan membaca, menonton TV dan Video, mendengarkan percakapan bahasa Inggris dan mempraktekan bahasa Inggris dengan teman.

Tes TOEIC memang berbeda dari tes kemampuan bahasa Inggris lainnya. Pasalnya, tes ini tidak difokuskan pada pengajaran alam dalam kursus-kursus bahasa Inggris.Akan tetapi lebih mengarah pada kemampuan percakapan keseluruhan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Perkembangan kemampuan berbahasa Inggris akan membutuhkan waktu.

Setiap tahunnya, terdapat 5 juta peserta tes TOEIC dan diakui oleh ribuan badan hukum internasional. Tes TOEIC menjadi alat ukur yang akurat dan objektif dalam mengukur kemampuan berbahasa Inggris dan memungkinkan untuk menambah nilai profesionalitas diri.

Kamis, 08 April 2010

Peserta Diklat Keinstrukturan Angkatan XL Kunjungi IT Telkom

Senin siang (5/4), Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan Udara Departemen Perhubungan melakukan kunjungan ke Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Kunjungan tersebut disambut hangat Wakil Rektor Bidang Akademik IT Telkom, Dr. Rendy Munadi dan Direktur Dukungan Akademik IT Telkom, Drs. Suwandi, MSi. Pertemuan tersebut berlangsung di ruang rapat gedung D kampus IT Telkom.


Pusdiklat Perhubungan Udara tengah menyelenggarakan Diklat Keinstrukturan Angkatan XL. Rupanya, kunjungan ini merupakan studi lapangan menjadi bagian dari kurikulum pelatihan.

“Diklat ini bertujuan membentuk peserta menjadi pengajar professional. Peserta sebanyak 21 orang. Di antaranya ada yang sudah berpengalaman mengajar, ada pula yang belum berpengalaman. Kendati demikian, mereka adalah praktisi dan teknisi penerbangan di balai-balai besar penerbangan Indonesia,” papar Hamidah, Kasubid Pemantauan Pusdiklat Perhubungan Udara.



Ia berharap, melalui kunjungan ini peserta dapat menggali lebih banyak tentang pendidikan dan wawasan lain tentang teknologi komunikasi. Dengan tujuan unutuk memperkaya keilmuan sebagai pengajar. Peserta bisa menjadi tenaga pengajar sekaligus pengembang pendidikan. Ilmu teknologi telekomunikasi dan ilmu penerbangan harus senantiasa berdampingan. Misalnya, penerbangan punya laboratorium stimulator dan pemandu lalu lintas udara. Tentunya membutuhkan alat komunikasi canggih.

“Kendati wawasan peserta cukup luas, namun belajar tidak boleh berhenti. Keilmuan harus terus ditingkatkan supaya menjadi pengajar yang ideal di kancah global,” pungkasnya.

Selasa, 06 April 2010

Kunjungan Bupati Trenggalek, Jawa Timur ke IT Telkom

Bupati Trenggalek, H. Kanjeng Raden Aryo Soeharto Hadiningrat adalah alumni angkatan pertama IT Telkom yang sebelumnya berkarir menjadi pegawai PT Telkom yang ditempatkan pada Divisi Pembangunan. Peraih gelar dari Keraton Surakarta dalam memajukan kebudayaan tradisional jawa ini datang dengan tidak direncanakan secara resmi namun lebih bertujuan untuk kepentingan pribadi.

“ Tujuan saya ke sini hanya untuk melegalisir ijazah saya karena mudah-mudahan dengan seizin Allah SWT saya akan kembali mencalonkan sebagai bupati Trenggalek periode 2010 – 2015 pada bulan juli nanti. “

Kedatangan Bupati Trenggalek yang akrab dipanggil pak Harto ini tentu merupakan kejutan tersendiri. Ditemui di ruang rapat lantai 1 Gedung Rektorat, pak harto langsung disambut oleh Warek I Bidang Akademik, Rendy Munadi, Kaur Pengajaran Priadi Darmono, dan Dosen Informatika Soewono. Dalam obrolan singkatnya beliau banyak menceritakan bagaimana kabupaten trenggalek yang juga merupakan kabupaten yang tertinggal bisa bangkit dari keterpurukan.

“Dengan kondisi geografis yang kurang menguntungkan dimana dua pertiga wilayah kami adalah pegunungan, praktis bagi kami sulit untuk dapat berkembang layaknya kota-kota lainya.“ ujarnya.


Namun hal itu tidak menjadi hambatan karena beliau kemudian banyak belajar mengenai agrobisnis untuk menggali potensi alam di wilayahnya. Sebagai titik baliknya maka kabupaten Trenggalek yang dulu terkenal menghasilkan gaplek kini berubah menjadi penghasil ketela pohon atau casava. Banyak industri pangan yang memanfaatkan ketela asal trenggalek sebagai bahan dasarnya karena kualitasnya yang baik.

Bagi seorang mantan pegawai yang PT Telkom yang pernah terlibat dalam berbagai proyek Teknologi Informasi, Soeharto banyak bercerita tentang ketertinggalan wilayahnya dalam soal teknologi informasi.

“ Dahulu Telkom pernah menghentikan niatnya untuk memasarkan produk Telkom Flexi karena situasi non-teknis, namun ketika saya menjabat, saya mencoba untuk mengajak kembali. Saya ingat selesai pelantikan saya sebagai Bupati, siang itu juga saya diundang di kantor Telkom setempat untuk meresmikan peluncuran perdana Telkom Flexi di wilayah Trenggalek. Saya juga ingat Dirut Telkom sekarang ( Reynaldi Firmansyah ) ikut hadir dalam acara tersebut. Dulu beliau masih menjabat sebagai Direktur Keuangan. “ jelasnya.

“ Mereka kaget karena ada mantan pegawai TELKOM yang jadi Bupati “ ujarnya sambil tersenyum.

Sosok H. Soeharto yang lebih dikenal sederhana ini banyak mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Beliau pernah menjadi pembicara dalam berbagai seminar. Prestasi beliau sebagai seorang bupati yang berhasil mengangkat citra kabupaten tertinggal menjadi sebuah kabupaten yang penuh harapan memang patut diacungi jempol.

“ Saya pernah diajak bercanda, untuk menjadi seorang petani ketela sukses maka harus jadi lulusan Teknik Elektro. “ katanya sambil kembali tersenyum.

Ditanya soal perkembangan Teknologi Informasi, beliau masih harus berjuang keras untuk dapat meningkatkan kualitas SDM di wilayahnya.

“ Dahulu kalau mau nyari sinyal Flexi harus ke alun-alun Bupati, namun lambat laun mereka berusah meningkatkan kualitas jangkaunnya. “ katanya.

“ Saya juga masih mencari SDM-SDM yang berkualitas untuk dapat memacu kemajuan teknologi di daerah saya. Saya juga berharap kelak bisa ada mahasiswa-mahasiswa dari kampus IT Telkom yang mau bekerjasama mengembangkan potensi teknologi di sana. “

Lebih lanjut Warek I menjelaskan tentang adanya program magang mahasiswa yang diselenggarakan tiap tahun. Rencananya ini merupakan satu agenda dimana Trenggalek bisa dijadikan tujuan mahasiswa untuk kegiatan praktikum kerja. Selama ini memang banyak mahasiswa yang memilih tujuan di kota lain di sekitar trenggalek seperti Malang sebagai tempat mereka magang.

“ Kami akan coba untuk menawarkan kepada mahasiswa tentang potensi kota trenggalek dan kemungkinan pengembangan teknologi informasi yang bisa dibangun disana. Namun, kami juga memerlukan bantuan pak Bupati untuk bisa mewujudkannya. “ jelas Rendy.

Saat ditanya tentang kondisi IT Telkom sekarang, beliau banyak memuji tentang perubahan yang terjadi.

“ Saya melihat banyak sekali kemajuan yang berarti di kampus tercinta ini. Saya salut dan bangga pernah menjadi bagian dari kampus IT Telkom. Saya berharap mahasiswa dan mahasiswi IT Telkom tidak patah semangat dan terus belajar serta berjuang untuk dapat sukses dalam kehidupan. “

Acara ditutup dengan pemberian cinderamata oleh Warek I Bidang Akademik dan foto bersama di depan gedung Rektorat.

David-BSI

Hingga Kini, 11.221 Lulusan IT Telkom






Hingga kini, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) telah menghasilkan 11.221 lulusan. Pada wisuda lulusan IT Telkom periode 27 Maret 2010, sejumlah 314 orang lulusan program studi Pascasarjana, Sarjana dan Diploma 3, diterjunkan ke masyarakat.


“Kami berharap, para lulusan tersebut merupakan sumber daya insani untuk memenuhi kebutuhan bangsa ini,” sambut Ir. Husni Amani, MM.,MSc, pada acara Wisuda Lulusan IT Telkom di GSG IT Telkom, Sabtu (27/3), yang merupakan wisuda ke-lima sejak STT Telkom berubah menjadi Institut Teknologi Telkom.

Pada periode ini IT Telkom berhasil mewisuda 6 orang luluan Pascasarjana Teknik Telekomunikasi, 148 orang lulusan Sarjana Teknik Telekomunikasi, 48 Sarjana Teknik Industri, 89 Sarjana Teknik Informatika, 13 lulusan Ahli Madya Teknik Telekomunikasi, dan lulusan 10 Ahli Madya Teknik Informatika. Dengan predikat kelulusan 55 lulusan dengan Pujian (cum laude), 5 lulusan IPK tertinggi, dan 6 lulusan tercepat.



Tentunya, kebersamaan dan kesinergian sangat diperlukan untuk melanjutkan program pembangunan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia telah menunggu para techno-preneurs untuk memperbaiki, mengangkat dan membangun pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia melalui aktualisasi ide-ide yang kreatif dan bernilai guna agar daya saing bangsa makin meningkat. Oleh karena itulah IT Telkom dalam memasuki memasuki RENETA II memiliki sasaran strategis yakni Quality Excellent, Knowledge Creation & Sustainable Growth.

“Perkembangan teknologi infokom sangat cepat dan dinamis. Kini perkembangannya mengarah pada konvergensi teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi. Begitu pula meningkatnya kompetisi serta kebutuhan pasar. Faktor tersebut menyebabkan industri selalu mengembangkan bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan pasar infokom,” papar Husni.

Kendati demikian, Husni menilai factor tersebut memunculkan berbagai opportunity dan tantangan bisnis . Ini perlu selalu diantisipasi oleh pelaku industri termasuk institusi pendidikan.

“Bagi dunia pendidikan, kecendrungan tersebut harus dapat diantisipasi sejak dini agar lulusannya dapat memenuhi kebutuhan industri sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal kepada para pemangku kepentingannya,” kata Husni.

Namun kepada lulusan Husni mengingatkan, bangsa Indonesia telah menunggu para techno-preneurs untuk memperbaiki, mengangkat dan membangun pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia melalui aktualisasi ide-ide yang kreatif dan bernilai guna agar daya saing bangsa makin meningkat.

“Selamat berkarya !” serunya.

Serah Terima Jabatan Rektor IT Telkom


Bertempat di PT Telekomunikasi Indonesia, Grha Citra Caraka, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 52, Jakarta Selatan, prosesi serah terima jabatan Rektor Institut Teknologi Telkom telah berlangsung. Secara resmi Ir. Husni Amani, MM.,MSc telah melepaskan jabatannya sebagai Rektor IT Telkom. Sedangkan Ir. Ahmad Tri Hanuranto, MT kini telah resmi menjadi Rektor IT Telkom. Pelantikan dilakukan oleh Direktur Utama PT Telkom, Rinaldi Firmansyah. Peristiwa bersejarah itu turut disaksikan Ketua Yayasan Pendidikan Telkom (YPT), Dr. Herry Kusaeri beserta beserta jajaran Direksi PT. Telkom dan pimpinan YPT Grup.

Selama empat tahun, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) di pimpin oleh Husni. Masa kepemimpinannya berlangsung dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Kini, IT Telkom memulai babak kepemimpinan baru untuk periode 2010-2014 oleh Ahmad.

“Dengan sosoknya yang tenang, Husni Amani telah berhasil membawa IT Telkom menuju kemajuan yang positif. Kemajuan itu tentu menjadi tantangan bagi Ahmad Hanurarto -Rektor IT Telkom sekarang, untuk terus meningkatkan kualitas IT Telkom,” ujar Rinaldi, usai prosesi serah terima jabatan tersebut.

Menurutnya, Husni sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Hal itu ditunjukan dengan penambahan program studi dan jumlah mahasiswa semasa periode kepemimpinannya. Bahkan kualitasnya tetap terjaga dengan baik. Namun, itu saja belum cukup untuk membangun institusi kedepan yang lebih besar. Sekarang tinggal tugas Ahmad untuk melanjutkannya.

Baginya, pemimpin institusi yang hebat adalah rektor yang memiliki visi dan rencana ke depan. Rinaldi pun mengakui kalau dirinya optimis pada Ahmad.

“Ahmad sosok yang mampu memiliki kendali yang baik. Ia tahu apa yang akan dikerjakannya untuk institusi,” ujar Rinaldi.

Lalu apa tantangan Ahmad kedepan?

“Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kualitas akademik IT Telkom ke depan. Mencakup bagaimana meningkatkan kualitas dosen sehingga menghasilkan lulusan yang unggul. Namanya juga institusi pendidikan,” lugasnya.

Hubungan IT Telkom dengan PT Telkom sangat erat di periode kepemimpinan Husni. Rinaldi berharap, di periode kepemimpinannya Ahmad juga terus menjalin hubungan kerjasama dengan PT Telkom.

“Saya beruntung, prosesi serah terima jabatan ini juga disaksikan oleh direksi Telkom guna mempererat hubungan kerjasama,” pungkasnya.

Kamis, 01 April 2010

SMK Informatika Wonosobo Kunjungi IT Telkom



Siswa SMK Informatika Wonosobo telah mengunjungi Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Senin (29/3). Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama kalinya bagi SMK Informatika Wonosobo. Siswa diterima Kepala Bagian Sekretariat Institusi IT Telkom, Drs. Lilik Leksono dan Public Relation IT Telkom, Hetty Hidayati, S.Kom.,MT, di ruang Multimedia Gedung Learning Center.

“Tujuan kunjungan ini bukan piknik, melainkan untuk menimba ilmu. Usia sekolah kami baru 5 tahun. Tentu membutuhkan banyak masukan dari IT Telkom untuk keberlangsungan kami selanjutnya,” ujar Torifun, staf pengajar SMK Informatika yang saat itu mendampingi siswanya.

Sebelum kembali ke Wonosobo, siswa berkesempatan untuk mengunjungi perpustakaan IT Telkom.