Selasa, 14 Juli 2009

Industri Perlu Gaet Perguruan Tinggi

Perkembangan teknologi ICT terbilang cepat. Baik dari segi teknologi software, hardware dan socialware. Tentu hal itu menjadi beban bagi industri ICT dalam menghadapi persaingan. Disinilah industri butuh menggaet perguruan tinggi untuk menciptakan inovasi baru.


Di sektor ICT (Information Communication Technology), hubungan pendidikan dan industri adalah mutual benefit. Dijelaskan Rektor Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Ir. Husni Amani,MM.,MSc,

“Banyak hasil riset yang dihasilkan perguruan tinggi, termasuk Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Hasil riset yang dilakukan sivitas akademika bisa saja diapilikasikan di industri. Namun semuanya tergantung dari kesediaan pihak industri dan pihak kampus,” jelas Husni.

Budaya riset yang di bangun perguruan tinggi tidak akan berarti banyak tanpa ada lanjutan aplikasi. Oleh karena itu, dukungan dari pihak industri amat di butuhkan.

“Bagaimana pun juga dosen punya keterbatasan waktu dan dana. Mereka juga punya beban yang banyak. Sebab selain riset, dosen juga harus mengajar sehingga harus menentukan prioritas. Misalnya dengan menurunkan beban ajar dosen dan mengoptimalkan kegiatan risetnya,” kata Husni.



Menurut Husni, kiat khusus yang bisa ditempuh dunia pendidikan adalah melakukan pengembangan secara terus menerus.

“Orang pendidikan harus berani memutuskan dan mengembangkan pendidikan secara kontinyu dan sifatnya jangka panjang. Contohnya Cina, disaat Krisis mereka melakukan berbagai pengembangan terutama disektor pendidikan. Sehingga disaat krisis mereka sudah cukup mapan dalam berbagai bidang. Kita pun mampu seperti mereka ,” kata Husni.

Intinya, dunia industri dan pendidikan tak dapat dipisahkan. Bagi industri, lembaga pendidikan merupakan mitra kerja sama merupakan mitra kerja sama dalam melakukan penelitian yang fresh dan inovatif dalam menghasilkan produk-produk gress untuk dipasarkan. Sedangkan bagi lembaga pendidikan, industri adalah partner yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan hasil riset.

Senada Husni, Division Head Technical Operation West Java Region PT Indosat, Dipl Eng.Eddy Rizal.,MT menyadari, inovasi produk juga harus berkembang terus menerus karena ini era persaingan. Sebagai contoh kompetisi di kalangan industri provider, perang harga berimbas pada pelayanan pada pelanggan,



“Kendati harga murah, pelanggan pasti tetap memperhitungkan jangan sampai kualitas produk yang diterimanya kurang bagus. Kita tidak ingin terjebak dalam perang harga sehingga terus berupaya meningkatkan kualitas. Upaya tersebut tentu ada konsekuensi terkait sumber daya untuk bisa me-maintenance kualitas itu,” kata Eddy pada kuliah umum Program Pascasarjana IT Telkom, Kamis (25/6).

Kompetisi industri provider kedepan semakin kencang dimana setiap perusahaan berebut market. Kalau dulu masih bisa di bagi, GSM tarif mahal sedangkan CDMA tarif murah. Tapi sekarang sama saja. Sehingga dalam melakukan investasi harus benar-benar diyakinkan seberapa besar return yang akan dihasilkan nantinya.

“Investasi diarahkan untuk infrastruktur seluler dan pendukungnya seperti backbone. Investasi yang dibutuhkan cukup besar , tahun lalu saja mencapai 1 trilyun. Namun, pelanggan juga harus lebih banyak. Jika 70-80% network digunakan pelanggan, berarti investasi itu dianggap layak,” papar Eddy.

Tak dipungkiri, industri pun butuh inovasi dalam upayanya menghasilkan produk-produk yang gress. Indosat terus mencoba mem-provide layanan-layanan yang berbasis pada pelanggan. Diakui Eddy, Indosat sendiri terus menggali informasi mengenai kebutuhan pelanggan, baik dari sisi perorangan maupun pelanggan dalam partai besar.

“Selain layanan voice dan SMS, Indosat kini lirik layanan berbasis data. Konvergensi teknologi masa depat akan mengarah pada penggunaan akses data wireless, yang kemudian berkembang lagi ke akses-akses data lainnya. Dan sekarang sudah ada teknologi voice berbasis IP (internet protocol),”

Selanjutnya, sektor konten provider juga banyak diminati pelanggan. Pun, teknologi Global Positioning System (GPS) yang banyak digunakan sebagai alat navigasi. Pelanggan meminati teknologi ini karena kemampuan melacak atau mendeteksi sehingga biasa digunakan untuk keamanan kendaraan misalnya. Pelanggan besar seperti beberapa perusahaan di Indonesia banyak memanfaatkan teknologi ini untuk memantau proses pengiriman barang. Akan bagus jika inovasi di sektor itu terus dikembangkan.

Diakui pula oleh Eddy, sementara ini PT. Indosat tengah merintis hubungan kerja sama dengan perguruan tinggi. Kerja sama tersebut berupa program Kerja Praktek Industri (KPI) bagi mahasiswa semester akhir dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

“KPI sarat dengan nilai tambah, baik bagi pihak indosat maupun pihak perguruan tinggi. Mahasiswa akan mempunyai pengalaman kerja dan ilmu yang lebih aplikatif. Sedangkan pihak Indosat dapat memanfaatkan sumberdaya dan potensi mahasiswa,”

Dalam hal ini, pihak indosat memberikan kompensasi pada mahasiswa berupa uang saku, transport, pakaian kerja dan asuransi selama bekerja. Selama masa KPI, mahasiswa akan diberi mentor oleh pihak Indosat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar