Jumat, 24 Juli 2009

WLAN Over Fiber, Inovasi TIK di Era Konvergensi

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menuju era konvergensi mulai menggemparkan negeri ini. Perkembangan inovasi di dunia telekomunikasi terbilang pesat. Layanan multimedia pun menghadapi tantangan hebat. Konvergensi TIK mengarah pada kecenderungan konvergensi antara jaringan internet, broadband mobile dan serat optik. Kini, muncul inovasi baru yaitu jaringan hibrida, WLAN Over Fiber. Penelitian jaringan hibrida baru ini dilakukan oleh dosen sekaligus peneliti Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Erna Sri Sugesti. Teknologi WLAN Over Fiber sangat menarik karena mengintegrasikan teknologi serat optik dan frekuensi radio atau nirkabel (wireless).


Berdasarkan data Miniwatts Marketing Group, dalam kurun waktu 15 tahun (1995-2010), total pengguna internet dunia meningkat 10312,5% . Berdasarkan data Maret 2008, pengguna internet didominasi kawasan Asia 37,6%, disusul Eropa 21,7% dan Amerika Utara 17,1%.

Tentunya, peranan serat optik sebagai tulang punggung teknologi informasi dunia pun semakin kuat. Fungsinya sebagai media transmisi nyatanya mampu menyalurkan data dengan kapasitas besar. Kehandalan serat optik menjadikannya solusi ideal dalam mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi. Sebagai saluran komunikasi, serat optik berkembang menjadi inovasi teknologi informasi yang tiada habisnya. Bahkan, teknologi WDM (wavelength division multiplexing) telah mendongkrak kapasitas transport sistem hingga orde terabit per second. Pun, sepertinya internet backbone akan bertahan hingga beberapa tahun mendatang.

Cisco Visual Networking Index (VNI) Forecast memperkirakan, trafik data internet dunia tahun 2012 akan mencapai mencapai 522 exa byte atau 522 miliar giga byte. Tentunya, capaian itu menjadi tantangan dan peluang bagi regulator, pengembang infrastruktur jaringan, internet service provider (ISP), dan lembaga pendidikan yang fokus pada teknologi informasi.

Pada penelitiannya Erna menekankan, sementara jaringan komunikasi nirkabel masa depan mengarah pada kecepatan data dan mobilitas tinggi. Awalnya memang diagendakan pada teknologi 3G yang berbasis WCDMA (wideband code division multiple access). Namun tampaknya, WLAN (wireless local area network) menawarkan kecepatan bit lebih tinggi daripada WCDMA.

Terdapat dua standart WLAN yaitu standart IEEE 802.11 dan HIPERLAN/2 (High Performance LAN). Standar IEEE dikembangkan dari wired-LAN sedangkan HIPERLAN dikembangkan dari jaringan seluler. Kinerjanya 3G tampaknya dianggap tidak memenuhi kebutuhan aplikasi masa depan seperti multimedia, full-motion video dan telekonferensi nirkabel. Pun, standar 3G kerap menyulitkan roaming dan operasi antar jaringan. 3G pun dianggap banyak kelemahan, sehingga dibutuhkan teknologi jaringan, portabilitas layanan dan mobilitas yang melebihi kapasitas 3G. Pada dasarnya, 3G dikembangkan dari konsep wide-area, sehingga dibutuhkan jaringan hibrida yang dapat memanfaatkan WLAN dan desain sel, atau base-station wide area network. Dengan demikian, harus ada jaringan paket digital yang memanfaatkan internet protokol (IP) sepenuhnya sengan kemampuan konvergensi suara dan data.

Lain 3G lain pula dengan 4G. Bagi 4G, arsitektur jaringan harus berdasar pada konsep arsitektur jaringan hibrida yang mengintegrasikan wireless wide area network, yaitu antara WLAN dengan jaringan internet backbone serat optik. Jaringan nirkabel broadband harus sebagai bagian dari arsitektur jaringan terintegrasi ini.

Serat optik menyediakan bandwidth yang sangat besar. Kondisi ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kegunaan jaringan. Pun, jumlah pengguna jaringan nirkabel rupanya tumbuh melesat melebihi pengguna jaringan tetap. Penelitian yang dilakukan Erna menyebutkan, akan sangat potensial bila keduanya diintegrasikan. Berikut Erna memetakan idenya,





Pada dasarnya, serat optik memang terbilang unik. Ia memiliki dimensi kecil namun bandwith lebar. Sebagai medium transmisi, serat optik terbilang murah ketimbang medium lainnya. Faktor efisiensinya menjadikan serat optik ideal untuk transport sinyal radio dari central office (CO) ke lokasi remote antenna (RA).

Disamping itu, kemampuan infrastruktur jaringan akses fleksibel menawarkan konektivitas nirkabel broadband layanan dan aplikasi luas. Jaringan nirkabel dibedakan berdasarkan mobilitasnya, di antaranya stationary mobility atau WLAN, dan pedestrian mobility atau mobile communication networks (MCN). Jika WLAN over fiber merupakan konvergensi jaringan WLAN dan serat optik, maka konvergensi jaringan antara MCN dengan serat optik disebut Radio over Fiber (RoF) atau Hybrid fiber radio (HFR). HFR merupakan teknologi penting untuk integrasi nirkabel broadband dan jaringan akses optik.





Pada jaringan outdoor kerap terjadi hambatan instalasi kabel. Panjang serat optik juga kerap menyebabkan delay informasi. Pada penelitiannya Erna menyebutkan, masalah ini dapat diatasi dengan solousi yang ditawarkan Free Space Optical Communication (FSOC), mengingat sistemnya lebih mudah diinstalasi. Pun, FSOC memiliki kecepatan rambat lebih tinggi dibanding serat optik.

Tentunya penelitian Erna menjadi pemikiran baru di tengah polemik persepsi konvergensi infrastruktur. Apa lagi jika mengingat NGN (next generation network) yang cenderung menggunakan jaringan berbasis internet protokol (IP). Tentunya, kondisi tersebut berbeda dengan jaringan telekomunikasi yang ada.


Risca Tresmianti Suarna, Staf Kehumasan IT Telkom- Pikiran Rakyat, Rubrik Cakrawala Edisi Kamis 23 Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar