Selasa, 14 Juli 2009

Saatnya Kirim SDM Profesional untuk Internasional

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) disebut-sebut sebagai pahlawan devisa. Mereka merantau ke negeri orang hanya berbekal tenaga dan harapan. Keahliannya pun sebatas urusan rumah tangga. Dengan berbagai keterbatasan, alhasil mereka hanya bisa jadi pembantu. Tak sedikit di antaranya terbentur berbagai masalah. Mulai dari bahasa, kultur, kerja tanpa batas waktu, pembayaran gaji tidak lunas, klaim asuransi, putus komunikasi, putus hubungan kerja sepihak, bahkan masalah aspek legal. Alih-alih ingin mengais rezeki halal, yang didapat TKI malah penyiksaan dari sang tuan.


Disebutkan bnp2tki. go.id (25/6), jumlah kasus yang menimpa TKI di kawasan Asia Pasific dan Amerika selama Januari 2009 terdapat 40 kasus. Negara Brunei Darussalam menempati posisi pertama dengan memiliki 20 kasus penganiayaan, disusul Hongkong yang memiliki 5 kasus, Malaysia, Korea, Singapura masing-masing memiliki 4 kasus dan Taiwan 3 kasus.

Kasus yang menimpa tenaga kerja asal Indonesia itu turut menyulut perhatian praktisi pendidikan sekaligus Rektor Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Ir. Husni Amani MSc.,MM. Ia menilai, secara umum produktivitas dan daya saing sumberdaya manusia (SDM) nasional relatif masih rendah dibandingkan negara lain. Itulah yang menyebabkan Indonesia lebih cenderung mensuplai tenaga kerja tingkat menengah ke bawah ketimbang menengah ke atas seperti dokter, dosen, perawat, engineer atau akuntan.

“ Saat ini suplai tenaga kerja indonesia tingkat menengah atas masih sangat kecil,” kata Husni, Selasa (30/6), setelah melakukan penandatanganan dokumen prosedur gladi dan registrasi pada program penerapan ISO 9001:2008.

Sebagai pencetak SDM, sudah seharusnya perguruan tinggi (PT) memikirkan bagaimana menciptakan tenaga kerja profesional yang memiliki daya saing di level internasional. Sehingga kelak Indonesia bisa mengirim SDM profesional menengah ke atas untuk dunia internasional. Disinilah kualitas PT patut diperhatikan.

“PT yang berkualitas tinggi akan menciptaakan SDM yang professional dan berdaya saing tinggi,” ujar Husni.

Menurutnya, dewasa kini makin banyak PT nasional yang berkualitas internasional, atau yang tengah berkembang ke arah taraf internasional. Bahkan peluang PT untuk meningkatkan kualitas juga terbuka lebar. Di antaranya alokasi dana pendidikan yang besar yaitu 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pun, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) banyak meluncurkan program pengembangan PT, di antaranya program beasiswa dalam dan luar negeri, jejaring dengan kerjasama dengan PT internasional, program riset, dana untuk partisipasi seminar luar negeri, pengembangan kewirausahaan dan coop, studi banding, kompetisi penelitian, serta pengembangan sistem manajemen dan fasilitas universitas. Ini adalah kesempatan bagi PT untuk memanfaatkan peluang tersebut.

“PT harus selalu meningkatkan kualitas Tridharma-nya secara berkelanjutan. Sehingga sistem kualitas PT sangat diperlukan,” kata Husni.

Dengan meningkatnya kualitas PT, diharapkan dapat berdampak pada SDM nasional. PT berkualitas akan mampu menghasilkan SDM profesional yang siap disuplai ke dunia internasional. Sehingga dengan produktivitas dan daya saingnya, SDM nasional mampu mengangkat martabat bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar