Minggu, 17 Mei 2009

Didominasi Hambatan, NGN Tetap ‘Menjanjikan’


Teknologi NGN masih didominasi hambatan. Alhasil, pengembangan kreasi dan layanan NGN secara universal belum dapat diwujudkan. Kendati demikian kreasi layanan NGN masih tetap menjanjikan.



“Kendati masih didominasi hambatan, teknologi Next Generation Network (NGN) masih dianggap menjanjikan baik dari segi bisnis maupun cost effective,” ujar praktisi teknologi Voice over Internet Protocol (VoIP) dan Wireless dan sekaligus dosen Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) Dr. Mochammad Zuliansyah pada seminar Teknologi “Perkembangan VoIP di Indonesia”, di Gedung Serba Guna (GSG) kampus IT Telkom, Senin (4/5).

Bagi dunia telekomunikasi, teknologi NGN memang paling menarik. Pasalnya, NGN menyediakan jaringan terbuka yang mampu memberikan layanan terintegrasi dengan akomodasi layanan berbasis sirkuit switch dan paket switch. Layanan tersebut di antaranya, mobile service dan fixed service, baik publik maupun untuk private. Jaringan NGN juga menawarkan arsitektur terbuka, Service Driven Network, dan Jaringan Package Based yang seragam.

Namun, belum teroptimalkannya potensi softswitch dalam kreasi layanan operator dan pelanggan. Hambatan tersebut dikarenakan adanya kebutuhan akan penyeragaman layanan untuk penyelenggaraan layanan itu sendiri di seluruh jaringan secara universal. Sehingga layanan universal tersebut mengerucut dan terbatas.

Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya dukungan 3rd party dalam hal pemrograman.

“Sampai saat ini dukungan 3rd party dalam pemrograman layanan NGN secara nyata belum terjadi. Pemrograman pengembangan layanan umumnya dilakukan oleh pemasok barang NGN dengan application server-nya,” jelas Zuliansyah.

Penghambat realisasi NGN juga karena adanya dilema layanan berbasis web dan internet telephony, sehingga layanan NGN universal belum terjadi.

“Umumnya kreasi layanan NGN universal banyak diarahkan pada basis web, sedangkan akses layanan NGN pada umumnya adalah internet telephony. Pengembangan berbasis web inilah yang menjadi kendala, terutama terkait dengan penetrasi PC, mobile dan fleksibilitas,” papar Zuliansyah.

Dilema isu lainnya, menurut Zuliansyah, adalah masalah sentralisasi dan terbuka. Pada umumnya jaringan telekomunikasi mengadopsi sistem sentralisasi dengan konsolidasi komponen controller secara terintegrasi di titik tertentu. Delivery layanan baru akan dilakukan dari controller tersebut dan berlaku umum ke seluruh jaringan. Berbeda dengan sistem IP (Internet Protocol) yang lebih mengakomodasi IP address. Faktor ini menjadi penghambat karena kemampuan softswitch tidak akan optimal jika dilakukan secara sentralisasi. Karena lingkungan softswitch dibuat untuk memudahkan kreasi layanan tidak hanya pada operator namun juga pada sisi pelanggan. Artinya akan banyak titik seperti halnya terjadi pada IP addressing.

Sedangkan isu lainnya adalah masalah keamanan, privasi, isu biling dan regulasi.

“Sistem NGN (IP based) terbuka dianggap rentan disusupi. Aspek ini menjadi konsideran dan menjadi aspek penting yang akan memprotek pendapatan service provider dari kemungkinan terjadinya fraud dan keamanan dalam penggelaran layanan baru. Isu ini menjadi penghambat berkembangnya layanan NGN universal,” jelasnya.
Pun, isu biling dan regulasi. Perkembangan layanan universal terkait kemampuan sistem NGN untuk melakukan biling multi layanan baru secara universal berlaku pada seluruh jaringan. Hal ini tentu membutuhkan dukungan sistem OSS yang sangat tangguh dan memiliki tingkat adaptasi terhadap layanan baru.

“Sedangkan aspek regulasi memungkinkan penyedia jaringan untuk fleksibel dalam mengantisipasi perubahan regulasi yang mengharuskan terjadinya penyesuaian jaringan. Salah satu contohnya adalah seperti intercept layanan untuk kepentingan keamanan negara, Namun isu perubahan regulasi ini menjadi salah satu faktor pertimbangan tidak berkembangnya layanan karena kekhawatiran operator jaringan, mengingat jaringan IP saat ini pada umumnya non regulated,” jelasnya.

Tampaknya, operator telekomunikasi harus jeli dalam membangun layanan. Operator telekomunikasi harus bersinergi dengan kondisi yang ada untuk mengantisipasi faktor penghambat tersebut. Langkah yang mungkin bisa dilakukan adalah, dengan mengadopsi teknologi oleh pelanggan enterprise. Pasalnya, enterprise merupakan ladang subur pengguna layanan NGN.

“Segmen ini agresif untuk mencari peluang dan solusi yang lebih murah seperti yang ditawarkan oleh NGN. Sehingga segmen dapat dijadikan embrio awal bagi implementasi layanan NGN universal untuk terus dikembangkan dalam area yang lebih luas,” kata Zuliansyah.

Jelasnya, berkembangnya teknologi 3G dalam skala nasional juga menjadi faktor pendorong yang memungkinkan akses layanan NGN secara universal antar multi jaringan. Dorongan ini dilakukan oleh 3GPP yang melihat perlunya dibuat subsistem berbasis IP untuk memungkinkan delivery layanan pada jaringan multy platform, baik wireless maupun wireline dengan menata kembali sesi setiap layanan.
Teknologi NGN juga akan banyak didukung oleh protocol SIP (Session Initiation Protocol ),

“Aplikasi yang didukung oleh SIP mengakomodasi integrasi layanan telephony dengan web seperti UMS, Internet Call Waiting, Click To Dial dan Instant Messaging,” kata Zuliansyah.

Ia pun mengatakan, teknologi akses wireless baik Wifi maupun Wimax dapat dimanfaatkan sebagai perluasan akses dan mobilitas layanan bagi perkembangan layanan NGN. Dengan adanya teknologi NGN, maka sinergi antara layanan dapat berhubungan dengan baik. Seperti contohnya sinergi antara layanan VoIP berbasis H323 dan VoIP berbasis SIP, sinergi call center berbasis IP dengan tradisional dan lainnya. Berlakunya layanan NGN universal juga didukung oleh kondisi dimana era informasi yang demikian luas sehingga mempercepat pengenalan layanan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar