Selasa, 19 Mei 2009

TAK Curi Hati UGM

IT TELKOM, SELASA (19/5)- Transkrip Aktifitas Kemahasiswaan (TAK) yang diterapkan Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), rupanya telah berhasil mencuri hati perguruan tinggi asal Yogyakarta, Universitas Gajah Mada (UGM). Hal itu diakui Dosen Fakultas Psikologi sekaligus Bagian Kemahasiswaan UGM, Ridwan Saptoto, S.Psi.,MA, saat UGM mengunjungi IT Telkom, Selasa (12/5).

“Yang dibutuhkan seorang sarjana bukan hanya kemampuan kognitif atau hardskill saja, melainkan juga kemampuan softskill. Dengan adanya TAK, mau tidak mau mahasiswa dirangsang untuk meningkatkan kemampuan softskill. Itulah sebab mengapa TAK jadi menarik,”



Diceritakannya, di UGM sendiri, penilaian aktivitas kemahasiswaan masih wancana. Sekarang UGM tengah mencoba untuk mengembangkan penilaian aktivitas kemahasiswaan tersebut.Harapnya, UGM dapat memperoleh gambaran dari IT Telkom mengenai bagaimana penerapan sistem TAK di kampusnya.

Gagasan TAK awalnya dicetuskan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pemasaran IT Telkom, Imam Harjono, Ir., MBAT. Alasannya, hardskill dan softskill memang sangat penting bagi kehidupan seseorang.Dengan hardskill, seseorang punya cukup bekal untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dengan softskill seseorang bisa menjadi lebih baik lagi. Pasalnya, jika seseorang memiliki softskill bagus, berarti ia memiliki sosialitas tinggi serta memiliki empati pada orang lain. Pun, dengan softskill yang baik ia akan mampu bekerja sama dalam kerja tim. Rancangan TAK dikeluarkan IT Telkom tahun 2004, dan baru bisa diaplikasikan tahun 2007.

“Jika diterapkan di UGM, saya optimis TAK akan berpengaruh positif bagi perkembangan mahasiswa. Namun stigma ketidakyakinan orang tua akan pentingnya aktivitas kemahasiswaan rupanya akan menjadi kendala. Pasalnya, sementara ini orang tua mahasiswa cenderung mengharapkan anaknya supaya tetap fokus pada kuliah sedangkan ekstrakulikuler tidak begitu diindahkan,” papar Ridwan. Selain kepada mahasiswa, Ridwan merasa perlu melakukan sosialisasi juga kepada para orang tua. Sedangkan pada mahasiswa, sosialisasi penilaian aktivitas kemahasiswaan harus dilakukan sejak awal mereka masuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar