Senin, 18 Mei 2009

UKM Jawa Cap Parabola IT Telkom : “Seni Jawa, Lestarikan atau Kecolongan?”


























IT TELKOM, SENIN (18/5)-Bengawan Solo, riwayatmu ini… Sedari dulu jadi perhatian insani.Musim Kemarau, tak seberapa airmu… Di musim hujan, air meluap sampai jauh.Mata airmu dari Solo, Terkurung gunung seribu…Air mengalir sampai jauh, Akhirnya ke laut…Itu perahu, riwayatmu dulu kaum pedang, selalu naik itu perahu.

Begitulah lirik lagu Bengawan Solo melantun dalam alunan musik Keroncong, menyambut para tamu yang hendak menyaksikan pagelaran Ludruk Gokil Kangsa Adu Jago di GSG Kampus Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Sabtu malam (16/5).

Parama Budaya yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jawa Cap Parabola IT Telkom berlangsung meriah bertemakan tradisional Jawa. Tak hanya Ludruk dan Keroncong, Parama Budaya pun menampilkan sejumlah tari-tarian daerah dan teatrikal, wayang kulit, dan Reog Ponorogo.

“Kalau bukan generasi muda, siapa lagi yang melestarikan budaya Jawa,” ujar mahasiswa Teknik Informatika 2006, Rizky Bayu Aji Pradana alias Baliyem, koordinator Parama Budaya yang terjun langsung sebagai pemain Ludruk Gokil saat itu.
Baliyem berpendapat, kepedulian remaja terhadap kesenian tradisional, khususnya kesenian Jawa, cenderung menurun. Mungkin hal itu disebabkan oleh pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia sehingga kesenian lokal jarang manggung. Jangankan menjadi pelaku seni Jawa, keseniannya saja jarang ditampilkan.

Beberapa waktu lalu, rakyat Indonesia sempat digemparkan dengan ulah Malaysia yang mengklaim kesenian rakyat Jawa Timur, Reog Ponorogo, sebagai kesenian milik mereka. Dan seni tradisional Jawa, Wayang Kulit. Serta seni tradisional milik orang Sunda, Kuda Lumping.

“Sebelum negara lain mengklaim budaya Indonesia, di manakah remaja Indonesia saat itu? Mungkin itu karena generasi muda selama ini bersikap ‘cuek’ dengan budayanya. Nah, sekarang jangan sampai kita kecolongan budaya lagi,” tutur Baliyem.

UKM Jawa Cap Parabola IT Telkom menyelenggarakan Parama Budaya sebanyak dua kali dalam setahun. Yaitu pada bulan Mei dan Desember. Tak hanya bai remaja, Parama Budaya juga terbuka untuk masyarakat umum.

“Remaja jangan malu-malu berkesenian Jawa. Generasi muda harus sadar budaya sedari dini agar tidak kecolongan lagi,” ujar Baliyem.

Untuk melestarikan budaya Indonesia, IT Telkom juga memberlakukan anjuran penggunaan pakaian Batik bagi mahasiswa, dosen dan staf akademika, setiap Jumat dan Sabtu. Hal itu berlaku sejak Rektor IT Telkom, Ir. Husni Amani, MM.,MSc, menganjurkannya pada Januari lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar