Rabu, 17 Juni 2009

Takakura, Saatnya Olah Sampah secara Mandiri



Sampah rumah tangga selama ini hanya berpindah tempat saja. Dari tong sampah di dalam rumah, lalu diangkut petugas sampah, kemudian dibuang di tempat pembuangan sementara (TPS) atau tempat pembuangan akhir (TPA). Jika itu menyangkut sampah, ya, dibuang ke TPS/TPA. Akibatnya, sampah bertumpuk di TPA/TPS lalu menimbulkan bencana seperti kasus Leuwigajah di tahun 2005. Bahkan warga kota pun ikut menjadi korban semerbak bau sampah yang berasal dari sampah oraganik yang membusuk . Masalah sampah bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan, melainkan tanggung jawab masyarakat juga. Kini, sudah saatnya masyarakat menangani masalah sampah secara mandiri.

Tim PKMM XXII PIMNAS 2009 Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) mengajak masyarakat untuk bersama-sama menangani sampah organik secara mandiri. Mereka adalah mahasiswa Teknik Informatika 2007 Widya Fira Desgita, mahasiswa Teknik Industri (TI) 2007 Debby Agnes, mahasiswa TI 2007 Syarif Aditya Ervira Parina dan mahasiswa TI 2005 Herpin Dwijayanti. Solusi yang mereka tawarkan adalah dengan membuat keranjang Takakura, keranjang yang dapat mengolah sampah organik rumah tangga. Uniknya, pengolahan sampah tidak menimbulkan bau kendati disimpan di dalam rumah.

“Cara membuat keranjang Takakura cukup mudah. Bahan yang digunakan di antarnya sekam, dedak atau bekatul, kompos, air, gula dan keranjang berpori,” ujar Herpin.

Pertama, siapkan wadah atau keranjang berukuran 40 liter untuk menampung sampah. Pilih keranjang berpori untuk memudahkan sirkulasi udara. Tempatkan keranjang pada tempat yang teduh, supaya terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Letakkan penyangga pada bagian bawah keranjang agar aliran udara bisa masuk.

Kedua, masukan sekam kedalam wadah. Kemudian tempatkan pada bagian bawah keranjang. Bantalan sekam berfungsi menyerap air, mengurangi bau dan mengontrol udara sehingga mikroba berkembang dengan baik.

Ketiga, masukan kardus bekas kedalam keranjang untuk menampung bahan-bahan yang akan dikomposkan. Letakkan kardus di atas bantalan sekam. Isi wadah dengan starter atau kompos kurang lebih setebal 5 cm. Kompos berfungsi sebagai starter proses pengomposan karena di dalamnya terkandung mikroba-mikroba pengurai. Kemudian masukkan bahan yang akan dikomposkan. Sebelum dimasukan ke keranjang, bahan tersebut dipotong kecil-kecil ukuran 2 cm x 2 cm. Semakin kecil ukuran akan semakin cepat terurai. Jika terlalu basah, tambahkan sekam atau serbuk kayu gergajian. Aduk bahan kompos setiap dimasukan. Bila perlu tambahkan selapis kompos yang sudah jadi. Agar kompos beraroma jeruk, anda bisa menambahkan kulit jeruk ke dalam keranjang

Keempat, pastikan jalannya proses pengomposan, dengan cara letakkan tangan kita 2 cm dari kompos. Bila terasa hangat, berarti proses pengomposan bekerja dengan baik. Jika tidak, percikkan sedikit air untuk memicu mikroorganisme bekerja. Bisa jadi kompos terlalu kering sehingga memerlukan air. Lakukan kegiatan tersebut berulang-ulang selama 40 - 60 hari. Bahan yang telah menjadi kompos akan berwarna hitam, tidak berbau dan tidak becek.

“ Perlu diingat, jangan simpan keranjang Takakura sinar matahari langsung. Bila kompos kering, perciki air bersih sambil diaduk merata. Suhu ideal adalah 60 derajat celsius,” ujar Herpin.

Ia menambahkan, bila kompos dalam keranjang Takakura telah penuh, ambil 1/3-nya kemudian matangkan selama seminggu di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sisanya yang 2/3 bisa kita gunakan kembali sebagai starter untuk pengolahan berikutnya.

Disampaikan salah satu tim Takakura PKMM PIMNAS 2009 IT Telkom, Debby Agnes,

“Keranjang Takakura adalah alat pengolah sampah organik. Praktisnya, keranjang ini dapat digunakan di dalam rumah. Begitu sampah dibuang, Takakura akan langsung mengolah sampah tersebut,”

Keranjang Takakura terdiri dari keranjang yang didalamnya sudah berisi kompos. Komposnyalah yang yang berperan dalam mengolah sampah organik tersebut sehingga menghasilkan kompos baru.

“Keranjang Takakura dirancang agar dapat menanggulangan permasalahan sampah didalam rumah, seperti bau dan lalat yang ditimbulkannya. Uniknya, pengolahan sampah dengan cara Takakura tidak menimbulkan bau walaupun disimpan dalam waktu yang lama. Takakura mampu mengolah satu kilogram sampah organik perhari. Dengan mengkompos sampah, setidaknya 50% persoalan sampah rumah tangga dapat teratasi,” jelas Debby.

Dengan adanya Takakura , Debby berharap, dapat meningkatkan memudahkan masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan. Selama ini sampah hanya berpindah tempat dari rumah tangga ke tempat pembuangan sementara atau akhir (TPS/TPA). Namun kini kita pun bisa mengatasi masalah sampah secara mandiri.


Pembagian Takakura gratis pada warga Sukabirus, Sukapura dan PGA, pada Pelatihan Cara Penggunaan Takakura di GSG IT Telkom, Minggu (15/3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar