Rabu, 17 Maret 2010

Widyatama Juga Serius Kembangkan Softskill



Ada unsur softskill yang dinilai penting dalam dunia kerja. Unsur itu wajib dimiliki lulusan perguruan tinggi. Jika ingin mencapai prestasi karir yang gemilang mutlak harus memiliki kemampuan softskill yang baik. Kemampuan softskill itu di antaranya kemauan bekerja keras dan berpikir analitis, kepercayaan diri tinggi, mempunyai visi kedepan, mampu bekerja dalam tim, kematangan, mudah beradaptasi, mampu bekerja dalam tekanan, mengorganisasi pekerjaan dan kecakapan berbahasa Inggris.

Dalam meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa, Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) menerapkan Transkrip Aktivitas Kemahasiswaan (TAK). Konsep TAK memungkinkan mahasiswa menadapatkan nilai atas kegiatan non-akademik di dalam kampus. Seperti berorganisasi, menyelenggarakan acara, mengadakan seminar, mengikuti seminar dan lainnya. Rupanya konsep TAK telah menarik perhatian Universitas Widyatama. Kabarnya, Widyatama juga kini tengah serius kembangkan softskill.

Dibenarkan Vice Rector of Planning and Development Affairs, Prof. Dr.H. Maman Kusman, S.E.,MBA, dalam kunjungan resmi studi banding Universitas Widyatama, Rabu (10/3).

“Menarik, IT Telkom memiliki TAK sebagai bentuk penilaian ekstrakulikuler mahasiswa yang terdokumentasikan. IT Telkom termasuk 100 perguruan tinggi terbaik Asia Tenggara. Oleh karena itu, IT Telkom bisa menjadi rujukan bagi Widyatama untuk studi banding softskill,”

Pengembangan softskill di IT Telkom dilihat dari kegiatan mahasiswa di luar perkuliahan. Ia berpendapat jika mahasiswa yang giat berorganisasi biasanya menjadi orang penting di tengah masyarakat. Sukses karena pribadinya aktif.
“Softskill sebenarnya bisa dibuat naluriah dan alamiah pada saat mahasiswa terjun di masyarakat. Menariknya, di IT Telkom ternyata sudah lama menerapkan pengembangan softskill,” jelas Maman.

Ia mengabarkan, Widyatama kini memiliki beberapa program pengembangan softskill. Sudah dua tahun Widyatama mendapatkan hibah dari Departemen Pendidikan Tinggi (DIKTI) untuk peningkatan softskill. Program tersebut fokus pada penerapan softskill dalam kegiatan belajar dan mengajar.

“Berkaitan metode belajar mengajar, softkill juga sangat baik jika penerapannya disesuaikan dengan mata kuliahnya. Saya yakin, cara seperti itu juga akan meningkatkan softskill mahasiswa,” papar Maman.

Metode itulah yang kini diterapkan di Widyatama. Maman menyebutnya SBLM, yakni Softskill Based Learning Method. Dalam metode ini, dosen berperan sebagai pilot yang menerapkan pembelajaran berbasis softskill.



“Dalam perjalanannya, kami membedakan mata kuliah yang berbasis softskill dengan mata kuliah yang tidak berbasis softskill. Dan kini, sedang dalam tahap evaluasi keberhasilan penerapan SBLM. Apakah berhasil atau tidak,” pungkas Maman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar