Selasa, 08 Februari 2011

Kepemimpinan, Perubahan dan Budaya Organisasi


Perubahan budaya organisasi karena berubahnya organisasi memang akibat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Suka tidak suka, siap tidak siap, perubahan harus dijalani. Kalau ada perubahan organisasi berarti termasuk perubahan budaya orang-orang di dalamnya. Namun, mengubah budaya tak semudah membalikan telapak tangan. Lalu, inikah kendalanya?

Pakar psikologi organisasi Leap Institute, Hary Setyowibowo, S.Psi mengungkapkan,

“Untuk mengubah budaya organisasi, pimpinan harus mampu munculkan sense of urgency. Dimana setiap elemen organisasi merasa penting untuk berubah,”

Jelasnya, pentingnya perubahan ini yang perlu digaungkan dan dibuat menarik. Saat seseorang sudah memiliki kemauan melakukan perubahan maka harus didukung dengan fasilitas yang mendukungnya berubah. Setelah itu, maka ia akan tahu manfaat perubahan itu bagi dirinya. Kemudian anggota organisasi harus mendapatkan apresiasi dari perubahan itu.

“Terkadang, seorang pimpinan organisasi keliru dengan selalu menilai hasil akhir. Padahal seorang pemimpin yang baik tak hanya memberikan apresiasi terhadap hasil, melainkan memberikan apresiasi terhadap proses dan upaya yang terlanjur dilakukan,”papar Hary.

Menurut Hary, suatu organisasi harus menjadi besar. Dengan menjadi besar maka suatu organisasi akan memiliki potensi yang luar biasa. Hanya saja harus dibedakan antara memperlakukan organisai besar dan organisasi kecil. Tatakelolanya harus disesuaikan.

“Kenapa organisasi besar cenderung lebih rentan? Karena prilaku dan sistem organisasinya tidak berubah. Jadi bukan karena besar atau kecilnya struktur organisasi yang jadi masalah,” ujar Hary.

Saat organisai menjadi besar, ada desentralisasi, dimana setiap elemen organisasi diberi kepercayaan dan kewenangan agar lebih leluasa bergerak. Sehingga oraganisasi menjadi semakin besar dan berpotensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar